Rabu, 18 Januari 2012

Supranatural

Lagi, seakan melihat cahaya terang transparan, samar… makin diperhatikan, makin tak kasat mata. Gue baru tau kalo itu mimpi, ketika terbangun setelah tak kuat menahan rasa silau yang menyakitkan.

Mengapa ini sampai terjadi berkali-kali? Sudah empat hari berturut-turut. dan tak mampu gue mentafsirkan mimpi ini sendiri. Sebenarnya, apa makna dibalik ini?

Pikiran yang terus terbawa dan tak mungkin bisa hilang begitu saja, atau karena ini efek dari suasana baru? Yah, sejak lima hari lalu gue mulai beradaptasi di sekolah swasta asing, lokasinya rada jauh dari pusat kota. Sedang area sekitarnya masih didominasi oleh tumbuhan hijau. Dan sepertinya, banyak sekali hal yang janggal disini. Bagai ada yang mustahil begitu pertama kali menginjak kaki di lantai, terutama di kelas gue sendiri, xb. Bisa dibilang gue seakan dapet energi yang dasyat.

Sibuk mikiri yang gak penting, jadi lupa ngapal beberapa teori buat ulangan harian yang bentar lagi mo dimulai. Rasanya percuma, otak-atik buku pelajaran gak karuan, karna di otak gue udah blank! Sedang ujian berlangsung tinggal beberapa menit lagi…

Badan gue jadi meleot, pasrah ngadepi ulangan entar. Tapi tiba-tiba..

“Hi,.. gue Nita! Lo Hendric kan? boleh gue gabung disini sebentar..?”

Sosok cewek asing nyapa gue pagi itu, terus terang, filing gue agak sedikit tenang ketimbang mikir dua hal yang bikin pusing. Mungkin karna tu cewek punya aura lain, selain kecantikannya.

“Silahkan…” cetus gue rada grogi.

“Lo lagi ngapal?” tanyanya heran

Gue manggut pelan

“Gue kasih tau, kalo ujian hari ini bakal dipending. Jadi, percuma aja lo capek-capek nyisahi waktu buat yang ga penting..”

“Darimana lo tau ? Lo peramal?”

Cewek bernama Nita itu tersenyum “Bukan, gue cuma berbakat..”

Gue mulai terpancing oleh senyumnya “kalo gitu, lo tau siapa gue?” tantang gue

“Tentu!.. bahkan siapa diri lo sebenarnya? Dan tentang mimpi lo semalem” ujarnya nyante plus ga takut.

“Apa!?” gue shock ngedengernya. Darimana dia tau soal mimpi? Perasaan, gue belom cerita kesiapapun? Dan setau gue, ni cewek gak belajar dikelas ini.

 “Radhit, sahabat gue. Yang nantinya akan jelasi ke lo tentang semuanya...”

Gue bengong.

“Jam istirahat temui kami dikantin” tuturnya dan berlalu dari hadapan gue

***

Ketika sang guru melangkah masuk, penghuni kelas rada cemas dan berharap agar Bu Yuli amnesia mengenai ujian yang dijanjikannya, atau minimal mendadak sakit hingga pelajaran hari ini dianggap bubar. Sekalian gue mo buktiin bener ga’ nya kata si peramal yang berbakat itu.

Kejadian sebenarnya diluar dugaan. Siswi kelas lain tiba-tiba berteriak gak jelas, praduganya ia kerasukan. Semua perhatian tertuju kekelas xib. Tenyata bener! Ujian tiba saja di cancel, Kontan gue teringat sama ucapan Nita. Kenapa ia bisa tau?

Kerasukan? Ada apa sebenernya? Gue rasa Nita tau segalanya! ya, bisa jadi ia terlibat? gue gak mo ngilangin kesempetan buat nemuin sahabat baru. Maklum, sejak hari pertama gue belom dapet sahabat yang cocok. Kali berikutnya, gue mo tanya soal mimpi yang terus menghampiri gue akhir-akhir ini. Karna yang Ini lebih penting!

Namun, hampir sepuluh menit wajah Nita gak nampak dikantin, padahal ketemuan disini adalah idenya dia, kemana dia sekarang?

Yang ada dikantin malah segerombolan cowok brengsek berkisar tujuh sampai sembilan orang, bertingkah kayak anak berandal yang menguasai area kantin. Tak lama gue memandang mereka sinis, beberapa dari mereka malah mendekat kearah gue. Gue udah pasang kuda-kuda, siapa tau bakal ada serangan tak terduga!

Salah satu pria itu tersenyum, lalu mengulurkan tangan kanannya “kita saudara.. kenalin, gue Mohad” ujarnya dengan nada bersahabat. Cowok ini keliat berseragam rapi, tak ada yang mencurigakan, tapi temennya pada keliat sok minta ampun, rasanya serius mo ngajakin bettles!

Gue sendiri masih bingung, mengapa cowok yang ngaku bernama Mohad ini bisa segitu bangganya mengakui hubungan saudara?

“Gue tawari lo buat gabung bareng kita, demi kebaikan lo..” jelasnya masih mengharapkan tangannya tersambut oleh gue. Sementara gue rada ragu.

“Sebaiknya lo pikirkan lagi, kalo ingin bergabung dengan mereka.” Ujar Nita tiba-tiba nongol tak terduga. seraya mandang wajah si cowok itu aneh, tak mau bersahabat. “atau memilih, lebih baik pergi?”

Sekali lagi gue lirik tatapan dingin cowok itu, dan memilih menyingkir. Nita mengikuti gue dari belakang. Kami meninggalkan rombongan berandal itu tanpa sepatah katapun.

Bukan, rasanya tak ada niat jahat dihati cowok tadi. Justru gue juga ngerasa deket, apa mungkin benar istilah batin saudara seperti yang dikatakannya?

Sambil berjalan menjauh dan entah kemana arahnya?, gue mendengar Nita mengatakan

“Mereka Bani Kufron!”

“Apa!?” gue gak ngeh maksudnya

“Mereka adalah kaum yang menyalahgunakan kekuatan mereka atau mencari kekuatan yang berasal dari dunia hitam” tambahnya.

Gue berhenti melangkah, dan Nita menatap wajah gue. “ada apa?”

“lo bisa jelasi semuanya tanpa harus pake rumit??”

Nita berdiam menatap mata gue begitu dalam, seakan sedang membaca pikiran

“Memang sudah waktunya lo harus tau. Ikut gue sekarang..”

***

Gue terus ngebuntut sampai akhirnya, Ia memperkenalkan seorang cowok yang sebaya dengan gue. Kulitnya coklat, rambutnya sedikit pirang, dan sebenernya dia asli keturunan Jawa, pun bukan blasteran. Kita bertiga berada disebuah ruang kosong rada bau jamur, gue gak tau tadinya ruangan ini bekas laboratorium gagal praktik dan sempat membakar lebih dari tiga puluh siswa yang sedang melakukan eksperimen.

Kejadiannya berkisar sepuluh tahunan yang lalu, sampai sekarang beritanya masih simpang siur jika di hubungkan dengan korban kerasukan yang terjadi barusan. Tak ada yang berani memasuki area ini, termasuk kaum kufron itu. Kecuali Radhit, Nita dan tuk pertama kalinya, ialah gue.

“Namanya Indah, Ayahnya ternyata bisa menyembuhkan beberapa penyakit akut lewat pendamping kakek moyangnya. Gue rasa, ia termasuk golongan kita. Ini sudah kesekian kalinya” Jelas Nita

“Lagi-lagi yang jadi korban adalah wangsit..” keluh si Radhit.

“wangsit?” dahi gue mengkerut.

“Ya, kita!” Aku Nita “Sebagai keturunan dari nenek moyang kita yang memiliki kekuatan, baik itu secara ghaib maupun natural..” jelas Nita

“Kita?” sekali lagi gue bingung “Tunggu, maksud kalian…”

“Lo, Hendric. adalah bagian dari kami..”

“Gak!” gue ketawa geli “Gak mungkin.. Keluarga gue gak ada yang percaya ama takhyul. Termasuk gue!”

“Sebagian besar keluarga lo, Cuma bokap lo yang menentang keras. Tetapi eyang lo sendiri yang telah memilih dan menurunkan ilmunya pada lo. Silahkan jika lo gak terima, tapi agar lo tau, segalanya pasti punya resiko!” terang Radhit

“Dan darimana kalian berani nyimpulkan kebenaran ini? Trus tentang mimpi gue, ada hubungannya?”

“Gue yakin itulah Eyang lo, beliau ingin berkomunikasi secara langsung dengan lo” sambut Nita “Maaf, mungkin beliau ingin melindungimu. Karna lo disini takkan aman.”

“Tapi lo Jangan khawatir, kita menjamin keselamatan lo jika berada dipihak kita!” sambung Radhit meyakinkan

“Dan dalam dua, atau tiga hari ini kita minta lo jangan menjauh dari jangkauan kita. Karna menurut gue, lo yang bakal jadi korban berikutnya.” Prediksi si Nita sok pasti.

“kenapa harus gue?”

“karna lo punya potensi, siapapun? Penghuni sini akan menghancurkan kekuatan kita sebelum kekuatan itu lahir dari dalam tubuh kita”

***

Sudah tiga malam ini, tak lagi bermimpi tentang cahaya itu, kalaupun itu bener seorang kakek, pasti gue pengin liat seperti apa wujudnya, gue penasaran!

Jadi siapa gue sebenernya? Kenapa gue dibilang sama dengan mereka? Kekuatan kayak apa yang gue miliki sekarang? Lagi-lagi tak ada yang logis tuk dipikiri. Tentu Gue pun bakal menolak keras jika kekuatan itu akan menyatu dengan tubuh gue.

“Mana bisa Hend, itu gift jika seorang diberikan power secara natural, lo mana bisa nolak, kalopun gak dimanfaatkan, lo bakal kena efek serangannya.”

“Lalu kenapa mesti gue, kalian bilang gue punya banyak saudara..?”

“Bukan manusia yang menentukan, tapi ilmu itu sendiri yang memilih tuannya”

Lunglai rasanya, gak masuk diakal. Ini musrik namanya!!

“Terus, kapan gue berubah jadi pahlawan?”

Nita dan Radhit pada angkat bahu, mereka nyerah tuk pertanyaan satu itu

“Hend, ini bukan lelucon!”

***

Hari berikutnya, kali ini memakan korban cowok bernama Yusuf, ia dilarikan ke ruang UKS dan gue liat sendiri ketika ia meraung-raung seperti seekor singa, sekaligus berbicara aneh.

Secara sembunyi, gue ngikut dari belakang, dan dibalik jendela sudah ada seorang ustazd menunggu sikorban, mereka melakukan ritual, berbincang dengan bahasa suku pedalaman, gue gak ngerti! Semua yang pernah kerasukan dibawa kesini, baru  dibawa pulang, dan kebanyakan dari mereka sampai sekarang masih merasa belum pulih seutuhnya.

Gue mulai ga tahan, rasanya pengen jadi sang ustazd dan ga cuma menyelesaikan  satu kasus, tapi gue serang musuh utamanya sekaligus.

Nita adalah Futural, gue yakin dia pasti bisa membaca masa depan gue. Atau si Desternal Radhit, apakah ia mampu mengubah takdir gue jadi manusia normal?. Gue ga mo terlibat lebih jauh lagi dalam masalah ini. Gue ga mo jadi gila!

By the way, kemana duo makhluk itu? Gue udah cari ke perpus, kantin, kantor kepsek, OSIS ampe balik lagi keruang UKS. hasilnya nihil! Sedari tadi gue cariin tapi gak ada yang nongol satupun.
Atau mungkin.. ekslabor? Langkah gue meningkat cepat mengejar ruang yang cukup jauh itu. Namun, disitupun tak nampak wujud mereka, hanya…

Tiba saja gue berhadapan dengan siluet bayangan yang muncul secara tak terduga. Layak angin seakan berkabut mendekati gue, seperti serangan yang nyata. Gue mencoba menghindar tapi gerak itu terlalu cepat tuk diatasi. Gue gak bisa memberontak, ngerasa terpental ke dinding ruangan lalu terjatuh dilantai.

Isi dalam tubuh terasa berguncang. Aura disini berubah jadi panas, Terutama bagian punggung. Gue bisa ngeliat situasi secara sadar, tapi tubuh ini tak dapat digerakkan. Kaku sekali dan tak bisa dikendalikan. Mulut juga terkunci, tak bisa berteriak, gue butuh kalian Nita, Radhit. Dimana kalian??

Kabut itu muncul lagi.. malah semakin tebal. Ia membentuk gumpalan asap dan mulai menyerang selagi gue terbujur pasrah. Sempat gue liat ada cahaya terang yang entah dari mana datangnya? sebelum tiba saja mata gue tertutup, gak tau apa yang terjadi? Bisa jadi gue mati???

***

Gue mendengar suara lembut pria membaca surah, merdu sekali, lebih tenang bak seorang bayi terlelap dalam dekapan sang Ayah, hangat. Bersama senandung lagu tidur terngiang ditelinga gue. Nyaris gue mau menitikan air mata, saking tersentuhnya. Rasanya kembali fitrah!

Entah berapa lama selang dari kejadian itu, mata gue perlahan terbuka. Sosok Nita dan Radhit yang gue kenal ada disamping gue sekarang. Kali ini tidak terasa panas, tapi hangat.

“Lo baik-baik aja, Hend?” sapa Radhit dengan raut wajah khawatir.

Tubuh gue lemes, rasa sakit pada bagian punggung masih belom hilang.

“Sebaiknya lo jangan banyak bergerak..” saran Nita

Sekarang, mata gue terasa ngantuk. Tak sempat mengatakan sesuatu pada mereka, padahal mereka perlu tau apa yang gue rasain saat ini.

***

Saat raga ini mulai terasa pulih sepenuhnya, dan siap jalani aktivitas seperti biasa tanpa rasa takut, malah kadang gue masih penasaran dan mengunjungi ekslabor itu sendirian. Gue mencoba mengingat kejadian tempo hari, meski dikepala terasa sakit.

Hari ini gue datang buat menantang makhluk yang pernah menyerang. Yah, gue mencoba memburunya!!. menguji adrenalin.. merasa lebih siap, lebih santai, serta aura power didiri gue seakan meningkat. Gue ga peduli pada apa yang nanti gue hadapi. Angin? Api? Asap? Air bahkan segalanya..

Gue tau apa yang mesti gue lakuin. Hanya menggerakkan telapak tangan kearahnya. Gue mengendalikan pikiran buat mengatur mau gue sepenuhnya, maka ia akan mengikuti kehendak gue.

Kabut itu muncul dan menciptakan sosok monster. Bagi manusia normal, ini pandangan yang tak biasa. Tapi gue malah bisa tersenyum. Gue merasa gak sendiri, karna gue yakin sedang didampingi oleh beberapa malaikat yang membisikan ke telinga gue, kalo Makhluk kayak gini emang patut dimusnahkan.

“katakan siapa dan darimana asal mu sebenarnya, dan apa tujuan mu mengganggu pelajar yang tak terlibat dengan ini?” ungkap gue lebih berani

“Aku penghuni disini sejak ribuan tahun lebih, dalam waktu terakhir ini aku merasa akan ada orang yang kan menguasai tempat ini, dan orang itu dari golongan manusia. Ia mampu mengendalikan kekuatan sebesar apapun, aku tak ingin tersaingi, maka aku memanfaatkan ini dan menyerap kekuatan mereka sepenuhnya..”

“Seharusnya kau sudah tau, takdirmu tak dapat diubah. Sudah waktunya kau pindah ditempat yang lebih layak, berteman dengan golonganmu sendiri. Tanpa harus mengganggu manusia yang tak bersalah. Maka aku perintahkan kau untuk pergi kehutan belantara atau lebih memilih dimusnahkan?...”

“Aku mengerti…” makhluk itu pamit

Kabut itu menipis, kemudian hilang tanpa sisa. Gue masih berdiri stabil. Tak merasa drop sekalipun. Entah, gue ngelakuin ini secara sadar ato enggak?

Pas gue noleh kebelakang, sudah berdiri Nita dan Radhit. Entah sejak kapan mereka standby ditempat? Mereka pun keheranan, sama sekali tak mengerti apa yang telah terjadi?

“Lo barusan gak bicara pake bahasa kita? Apa tadi lo bicara sama penghuni disini?”

“Yah! Gue menyuruhnya pergi!”

Radhit tersenyum sumringah “Bro, perkiraan gue ga salah! Met gabung di dunia kita”

Tak kuat menahan rasa haru.. gue pun turut tersenyum buat mereka, untuk kemenangan.

Entahlah, gue mesti bangga atau sedih, tentunya gue merasa punya bertanggung jawab lebih besar. Untuk melindungi manusia yang lemah. Tapi gue juga gak mo dibilang pahlawan. Gue tetep jadi diri gue seperti biasa, gak perlu over.

Makasih Tuhan, Kau berikan aku kesempatan hidup yang bermanfaat. Tentu semuanya takkan mungkin terjadi tanpa seizinMu. Doakan agar aku bisa lebih bersyukur, terus berjalan diarah yang lurus. Dan cahaya itu, benar adalah kakek buyutku. Gift itu kini tlah bertransisi pada jiwaku ketika aku berbaring berhari-hari.
Perjalanan pastinya belum berakhir, Gue dan temen-temen masih punya segudang tantangan  yang bakal kita hadapi?? Siap gak siap!!!!...

Tidak ada komentar: