Senin, 27 Februari 2012

Cowok Keripik Jengkol

Belakangan ini SMA termiskin itu kembali terjadi kehebohan lagi. Kali ini berkaitan dengan nickname seseorang yang memakai nama “KERIPIK JENGKOL” di FB. Tentu orang berfikiran bahwa itu pasti akunnya Rakha! Siapa lagi?! Dia sudah mulai berani lancang,.. karna telah memasuki area terlarang. Menurut, mereka sih! Hehehe…! Ada ada aja, tingkah kelakuan si Rakha yang selalu bikin sensasi setelah namanya sempat tak bersinar beberapa minggu ini.

Dan begitu mereka tau bahwa si keripik mulai mengusik. Mendadak, semua panic terpontang panting. Seluruh status, koment, foto, apapun tentang profil dia diapus hingga tak bersisa. Soalnya, tak ada topic yang tidak melecehkannya… So, akibat ulah keripik jengkol yang masih menampilkan foto profil hantu (bukan gambar dirinya sebenarnya) membuat seisi sekolah pucat bagai melihat hantu sesungguhnya.

Meski hati masih kerasa pedih bagai teriris pisau belati. Namun cemo’oh orang orang itu tentu bukan sesuatu yang patut dijadikan alasan Rakha untuk selalu merenung. Membayangi kesalahan fatal seperti kejadian kemarin, setidaknya fansnya telah berkurang akibat ketauan Rakha sudah ada yang punya. Tentu Rakha sudah tidak menarik minat orang banyak lagi.

Cukup Rakha merasa dikucilkan dan dianggap remeh oleh kaum bejad itu, seakan dirinya selalu tampak bodoh dimata mereka!. Padahal mereka salah besar, jika berfikiran bahwa Rakha tak bisa menciptakan inovasi baru. Nyatanya sekarang, namanya masih jadi tema terhangat dan teratas dijajaran gossip dan masih diburu oleh para pencari berita.

Walau kenyataannya Rakha dijauhkan. namun siapa bilang dia tidak berinteraksi? Biar ia terlihat cuek dimata anak lainnya, tapi kemampuan dalam belajarnya kini berkembang pesat, seperti rudal squad.. tak malu menonjolkan eksistensinya di segala bidang mata pelajaran. Seperti sering angkat tangan dikala guru melontarkan pertanyaan, berdebat pendapat, menyelesaikan soal dipapan dengan waktu tercepat, keaktifannya, bikin beberapa gurunya menganga dan mengacungi jempol karna perubahannya dan terus mencoba konsisten dalam mencapai targetnya..

Dibalik itu, sikap Rakha semakin dibilang sombong. Ia hanya berteman dengan beberapa buku pelajaran yang akhir akhir ini menjadi menarik baginya saja. tak ada yang tau apa maunya? Apa keluhannya? Dan apa yang ada dihatinya! Selain menontonnya diam, belajar, mencatat, membaca ataw mencari cari yang tidak ada. Kalo tidak diperpustakaan, mungkin dikantor maupun diruang tata usaha.

Di tempat umum, Rakha tak pernah menunjukkan keberadaannya yang mencolok. Ia lebih dominant di kelasnya ketimbang luar kandangnya. Ia selalu berusaha menghindar atau mencoba bersembunyi dari orang banyak, bahkan tak pernah menganggap mereka ada, sebab merekapun menilai begitu terhadapnya., lebih baik ia memilih bungkam. Yah! Daripada membuka mulutnya untuk mengatakan yang tidak benar. Kuncinya adalah, Rakha musti punya dunia nya sendiri. Tanpa harus mengusik dunia orang lain. Ini juga bermaksud agar privasi nya tetap terlindungi, koq. Sekali lagi, Rakha tidak sombong! Hanya malas menegur saja. Dia terlalu dingin, jutek, kaku… (ama aja sih, namanya juga keras kepala), bikin orang lain gak berani lagi ganggu konsentrasi dia.

Kini Rakha lega dan merasa nyaman. Ia telah kembali menjadi Rakha yang mampu hidup dengan bayangan nya sendiri, tanpa harus menganggap butuh pertolongan orang lain. Ini seakan benar benar Rakha yang dulu.

Bentar lagi ujian yang menentukan kenaikan kelas, seharusnya Rakha tetap focus. Jangan sampai terpengaruh oleh apapun. Ini kesempatan ia unjuk gigi, dan mengalahkan pesaing pesaing terberatnya. Berat??? Hahahaha,.. gak begitu kenyataannya! (menyeringai licik)

Soal Biant?! Maaf, walau kenyataan Rakha masih cinta, bahkan makin cinta, namun ia berusaha membencinya demi ambisi, Rakha tak lagi memikirkannya sama sekali. Biarlah, saat ini mereka berjaga jarak. Serta menggolonginya termasuk kebagian orang yang tak peduli lagi padanya. Karna telah mengabaikan moment moment dimana kesempatan mereka untuk saling bicara, tapi Rakha sebaiknya memilih mengacuhkan pula demi tak dianggap mengganggu kehidupannya.

Di warung, saat Rakha lagi makan, Biant melintas sendirian. Sepertinya ia kelaparan. Berhubung ia ngeliat Rakha sudah standby duluan, akhirnya Biant milih menghindar. Ataw diperpustakaan, dikala Rakha ingin mengambil buku yang ada di etalase tingkat tinggi. Rakha tau bahwa tubuhnya kecil, takkan mungkin sampai meraih. Meski berusaha loncat sekali pun, tetap butuh pertolongan orang lain. Rakha melihat Biant melintas lagi, tapi Biant sama sekali tak menawarkan pertolongan. Malah berpura pura seakan tak melihat sahabatnya. Siapa yang tidak gerem, coba? Akhirnya Rakha berinisiatif sendiri meminjam kursi yang tak terpakai buat pijakan kaki sementara.

Rakha udah menghitung kalender, tinggal beberapa hari lagi adalah puncak keberhasilannya mencapai hari ujian yang telah lama dinanti nanti olehnya. Ia sudah siap berperang di semester kali ini. Tak sia sia ia menghabiskan waktu luangnya untuk meringkas dan menyalin beberapa sumber buku pelajaran menjadi satu dalam bigbosnya. Iapun sudah menguasai hampir keseluruhan kata kata bahkan rumus rumus yang jadi makanan kesehariannya. Semua nyaris berhasil, kecuali ada satu mata pelajaran yang membuat Rakha tiba tiba mengira telah merusak segala rencananya, Rakha mulai membenci pelajaran ini, yaitu menyusun makalah hasil praktek dengan cara berkelompok. Seperti biasa, Nasrul yang botak kepalanya itu mengandalkan kerjasama. Bersosialisasi! Itu sebernarnya kelemahan Rakha, meski diluar tampak sempurna.

“Saya menyelesaikannya sendirian saja, Pak! Saya akan berikan hasil yang maksimal.”

“Bukan itu tujuan utamanya, Rakha! Yang Bapak butuhkan adalah jawaban dari diskusi perkelompok kalian dalam memecahkan suatu kasus. bukan perorangan! Intinya, Bapak tidak akan memberi pengecualian pada siapapun.”

“Pak, Rakha minta toleransi lah! Bapak tau bagaimana kinerja Rakha dalam,..” pintanya, kali ini memohon dengan kesungguhan.

“Rakha, Bapak tau kamu pasti bisa membuat makalah itu sendirian. tapi, jangan pernah sombong dimata Bapak! Karna itu hanya akan membuat jerih payahmu sia sia!”

Masalahnya, siapa yang mau nerima Rakha jadi bagian kelompok mereka? Semua manusia disini gak berkeprikemanusiaan, lebih lebih Rakha sedang berada dikawasan tanah perang. Ia harus membela dirinya sendiri, perang melawan kepercayaannya sendiri, dan tetap berusaha ingin selamat diantara tumpukan mayat yang bertebaran.

Bel istirahat membuyarkan konsentrasi Rakha, padahal ia masih nanggung untuk keluar ruang, karna masih banyak catetan penting yang belom selesai diringkas. Corrie tiba tiba ngajak Rakha berangin dipojokan toilet, tempat dulunya Rakha suka nongkrong.

“Lo kenapa akhir akhir ini? diajak keluar gak mau, diajak makan ogah juga, emang lo bisa kenyang ngadepin buku mulu,.. lo catet seluruhnya juga, kan belom tentu masuk semua dalam ujian entar.. jangan lo paksain dah, gue capek ngeliat lo gitu mulu!”

“Soal makalah kimia? Lo ikut rombongan siapa, Rie?” Rakha mengalihkan keluhan sohibnya

“Loh! Kan kita udah punya team, pasti kerumah Tasya lah, balik ini.”

Mendadak Rakha punya ide diluar dugaan Corrie! “Oh, iya! Gue bisa minta tolong ama lo, Rie. Tolong lo sampe in sama anak anak, kita gak perlu ngumpul. Nama gue kan, pernah ikut dalem team kalian tanpa kerja keras, jadi gue anggap itu hutang.” Terang Rakha antusias sendiri. Sementara Corrie masih bengong ditemeni laler. “Jadi, gue punya rencana bakal nebus bikin makalah itu sendirian, gue ketik sendiri, gue rangkai sendiri, dan kalian semua tinggal terima beres aja!” maksudnya, Rakha mo menghindari pertemuan sama musuh musuh dalam medan perangnya. Bisa dibilang, untuk urusan ini,.. Rakha termasuk golongan pengecut. Ia takut dikeroyok ditempat hingga tewas.

Dalam sekejap, tadinya Corrie telah menyampaikan amanah menurut apa yang disampaikan Rakha. Namun, Bukan karna setuju. Malah sebaliknya, mereka datang menghampiri karna mau protes keras. Atas tindakan Rakha yang mau menang sendiri.

“Lo tau kan, peran kami juga penting. Kalo Bapak botak itu nanyain darimana bisa dapet kesimpulannya, masa kami jawab dari Rakha dengan entengnya?? Itu sama aja kerja lo bakal sia sia!” jelas Arjunot mengawali persidangan. Busyeett,.. gak ngobrol hampir sebulan, cara bicara Arjunot berubah kayak dewasa banget keliatannya.

“Lagian, kata siapa, elo gak boleh lagi gabung sama kita kita? Fitnah tuh!” tambah Melani sok ja’im depan pacarnya yang sekarang.

Sedang Rakha masih menunggu jawaban yang lainnya, sementara yang ditargetin sama sekali gak bergeming.

“Gue hanya minta tolong sama kalian semua. Gue cuma terpaksa gabung karna tugas. Jika makalah ini selesai, gue janji gak bakal ganggu komunitas kalian. Gue gak akan ikut campur.. Gue udah biasa nahan pandangan benci kayak kalian, ”

Arjunot sama Melani yang gak tau apa apa hanya bisa diam. Menunggu reaksi yang bersangkutan. Rasanya, mereka kurang mengikuti perkembangan.

“Sebenernya,.. gue gak pernah benci ama lo, Ka! Gue cuma emosi ama kelakuan lo yang diem diem tapi semakin nge jengkelin. Setidaknya, elo jangan mikirin diri lo sendirilah. Pikirin nasib orang laen juga, apalagi pada orang yang menaruh simpati ama lo. itu aja sih, saran gue” Tasya bicara ala kadarnya, seperti separoh hati menerangkan alesannya

“Elo, Biant?” Rakha nekad nanyain pendapat Biant dengan belajar menganggap derajat mereka semua sama, gak ada orang yang bisa menaruh hati padanya.

“Gak ada masalah!” Biant tetap pada pendiriannya. Bicara jelas, tapi kelakuan gak wajar.

***

Baik, kali itu Rakha duluan yang minta maaf. Emang logikanya, Rakha emang salah koq! Tapi setelah kasus kemarin ditutup sedemikian kurang rapat, dirumah Tasya muncul kasus baru yang bikin Rakha tak tahan hidup di alam mereka. Bukan masalah kemenyan atau sesajen yang kurang, tapi kelakuan kelakuan sahabat Rakha kontan semua berubah total.

Sementara Rakha sibuk mencari bahan bahan praktik, Tasya sibuk nulis, Corrie sibuk komentar, serta nama lain yang gak disebut sedang asik asiknya ngobrol terpisah di teras rumah. Mereka seperti menyudut mencari tempat ngobrol yang asik ketimbang ngerjain tugas. Nyaris bikin Rakha gak konsentrasi gara gara mikirin sikap mereka, terutama Biant! Rasanya Rakha gak perlu lagi bicara, buku Kimia yang tebalnya mencapai satu inci itu pengen ditimpuk langsung ke mukanya sekalian. Supaya Biant jera, karna telah melecehkan pemandangan.

“Arjun, Lo punya mistar panjang gak?” Tanya Rakha nahan kesel batinnya.

“Lo cari sendiri di dalem tas gue!” rujuk Ajun disela sibuknya manja manjaan. Maklum, lagi hangat hangatnya kasmaran. Kalo mereka sih wajar, emang sudah jadian.

Rakha bergerak cepat meninggalkan anak anak diteras menuju ruang tamu yang kosong, di sofa itu tergeletak bermacam tas yang sialnya gak ada yang Rakha hapal, punya siapa aja. Rakha kan cuek, jadi mana sempat ngurusin barang barang orang. Ada banyak tas terkapar, dua diantaranya tas cewek, punya Tasya ama Emili. Sisanya tas model cowok semua. Ada berkisar empat tas yang di check ama Rakha. Rakha sendirian yang gak bawa tas.

Tas pertama, Rakha nemuin duit recehan yang banyak. Yang kedua, Rakha nemuin peci. Gak tau punya siapa? Yang berikutnya, Rakha nemuin one pack isi condom. Wah yang punya tas ini pasti parah orangnya! Dan tas yang terakhir, lebih parah lagi, Rakha nemuin kaset dvd porno bergendre gay. Wow!, kontan Rakha tersenyum geli. Seharusnya, guru guru musti tiap hari raziah nih…dari tas kedua ampe terakhir, gak ditemui mistar yang dimaksud. Malah ada di tas pertama yang banyak duitnya.

“Ketemu, Ka?” sahut Arjunot, masih pada posisinya yang tak jauh dari Melani.

“Udah!” jawab Rakha singkat dengan cueknya. Untung semua pada gak curiga kalo seluruh tas masing masing udah kena raziah.

“Tasy, gimana kabar Rishaa?” bisik Rakha pelan ke Tasya sambil ngegarisin kertas HVS

“Baek, sekarang dia lagi deket ama anak kuliahan. Ganteng banget, dewasa lagi! Elo sendiri? Gimana kabar cewek lo si,.. siapa namanya? Gue lupa!” bagus, Tasya mencoba mengingatkan tentang Rara. Artinya sama aja kayak bunuh Rakha didepan muka Biant.

“Mmm,.. gak usah dibahas!” timpal Rakha dengan mengalihkan senyumnya

“HHAHH! Elo putus??” tiba tiba Tasya terkaget, bikin Biant langsung memutar pandangan ke Rakha disela ngobrolnya sama Emili.

“Ssssttt,..! elo gak perlu heboh gitu!” bisik Rakha menekan nada bicaranya

“Jadi lo beneran, putus?” Corrie mempertegaskan.

“Gak usah dibahas pokoknya” Rakha belagu gak ngerespon

“Tuh, kan.. elo suka banget maen rahasia rahasiaan..” Tasya kemudian ngambeg gak jelas “Mil, sini dong, kalian berdua pacaran aja! Bagi bagi tugas dong,.. inget inget waktu kalo mo berduaan terus!”

PACARAN??? (kepala Rakha reflek noleh ke Biant dan Baint sempat melihat ekspresi Rakha yang bingung) Gak gak gak! Rakha salah denger! Bibirnya sambil menyungging senyum meledek. Gak mungkin lah!... Biant gak semudah itu mengambil keputusan. Siapa tau keduanya cuma belagak gitu buat naikin temperature darah sesaat?

Dan emang gak bisa dipungkiri, sikap keduanya belakangan ini rada orang kurang akal kalo ketemu. Cara bergaulnya suka kelewatan, sering peluk pelukan sih, udah biasa. Canda tawa juga gak ngaruh perasaan, apalagi ngusap jidat, maenin rambut cewek, si cowok nemenin si cewek pipis. Maksud yang ini, Biant nunggu diluar wc, bukan ikut masuk sambil pipis bareng. Soooo,.. wajar saja, gak ada yang mencurigakan dengan gaya pertemanan jaman sekarang. Jadi Rakha masih gak ngaruh sama bisikan setan.

Tapi,.. koq lama lama Rakha penasaran. Mili sama Biant pipisnya lama banget,??? Teettt teeereeet teeerereet,.. Rakha musti bertindak, ia harus jadi saksi pertama yang mengetahui kejadian sebenarnya. Rakhapun berlagak mengintai isi rumah Tasya yang lagi lagi kosong, ditinggal penghuni rumah lainnya. Di ruang tamu, gak ada. Gak mungkin masuk kamar orang? Di ruang tengah juga gak ada. Jangan jangan asli, didalem toilet berduaan?? Pipis bareng? Tuh, kan! Gak ada.! Pintu toilet kebuka lebar. Dapur?? Gak ada juga. Rakha lalu nge check ke halaman belakang,.. nah, itu ada!

Rakha ngeliat dengan mata telanjangnya kalo tubuh si Biant lagi dipepet Emili ke dinding rumah. Bibir keduanya saling bertemu seraya menikmati lumatan perlawanan dan pertukaran air liur yang menjijikan. OWOOEAK!,..Jemari Mili lagi asik menggerayangi isi dibalik celana sekolah Biant, dan Biant nampak seperti orang yang kecanduan. Dan tak kalah, tangan Biant sibuk meremas isi dibalik baju atas Emili. GOD will Damn it! Rakha tersenyum. “Itu bukan Biant, Ka! Cuma halusinasi lo doang. Biant masih sayang kok, ama Rakha. Biant gak terlalu bodoh dengan ngelakuin itu di depan matanya.”

Rakha shock, Kali itu ia yakin kalo apa yang dilihatnya tak salah. Apa yang didengarnya tentang Biant sudah resmi jadian, emang bukan rumours lagi. Rakha buru buru berjalan mundur, ia harap Biant tak sempat melihatnya ngintip. Mudah mudahan Biant terus ketagihan sama apa yang diberi Mili, tanpa peduli perasaan Rakha yang menahan amarah yang mulai bergejolak.

Tiba saja tubuh Rakha mendadak lemas total, seperti lumpuh! Bernafaspun terasa begitu berat. Ini jelas bukanlah penyakit! Ia segera meraba dinding sebagai tumpuannya saat melangkah. Parahnya, Rakha gak mo mikir banyak, Entah ada apa? Si Rakha diem diem masuk toilet, ia metutup rapat pintu dengan pelan. Bersandar kedinding dan menghentakkan punggung kepalanya ke dinding beberapa kali. Kemudian merosot kelantai.

Goblok! Rakha liat sendiri kan, kalo Biant itu gak seperti yang dikiranya selama ini. Biant gak mungkin gay! Jadi, harapan Rakha untuk memilikinya gak akan pernah terjadi lagi. Semua berujung sia sia. Segera buang perasaan yang berlebihan itu, Ka. Sebelom lo terbang semakin melayang tinggi. Karna hanya akan membuat angan Lo itu mendadak jatuh terjun ke perut bumi. Sekali lagi, itu hanya impian lo yang gak kan pernah terjadi!

“Lo menang, Biant! Gue Sekarang nyerah! Betapa bodohnya gue percaya akan perasaan yang gak mungkin ini,” Ia sudah membuat jantung Rakha berdetak hebat ketika merasa diserang oleh rasa benci. Dan rasa cemburu membabi buta!

Dan disela keadaan yang sunyi senyap, tiba saja bahu Rakha tergetar, ia melampiaskan kekesalannya hanya dengan mengisakkan air mata. Mungkin dengan menangis bisa mengobati lukanya yang dalam. Sepuasnya, namun tertahan.. Rasanya teramat sakit,.. sakit sekali. Lebih sial dari sesak nafas yang pernah dideritanya! Lalu akankah Biant masih memperdulikannya dalam keadaan seperti ini? Seperti dulu Biant menyelamatkan tubuhnya ketika lunglai di kelas.

Rakha keluar toilet lumayan lama. Setelah lukanya terhapus, setelah air matanya diusap, dan setelah pikiran kacaunya kerasa tenang. Sementara sahabat lainnya menunggunya dengan perasaan dongkol di teras. Biant dan Emili pun sudah ikut nimbrung bareng yang lainnya

“Gue heran ama lo, Ka!” sambut Corrie memulai “Setiap kali kerumah orang, pasti ketoilet lamaan. Ngapain sih lo?”

Rakha sebaiknya gak nyahut, suaranya pasti kedengeran parau. Ia hanya berlaku  orang yang seperti kehilangan semangat hidup, apalagi menyelesaikan tugasnya.

Setelah kerjaan selesai, dan persediaan makanan kehabisan. Meski dihati Rakha memendam amarah yang berlebihan. Namun ia masih penasaran dengan benda benda yang masih menjadi teka teki itu. Kini saatnya menentukan tas milik siapa aja yang sembarangan dikaparkan..

Baik, kita buktikan satu persatu. Pertama tama Arjunot mengambil tas berisi peci. Melani memungut tas isi duit. Ketika Rakha mo balikin mistar, benda itu sudah berpindah tas kepemilik yang sebenarnya. Jadi, ceritanya si Melani ini minjem tapi gak dibalikin!

Si Corrie menggendong tas berisi kepingan dvd, minimal Rakha sudah tau kalo selera Corrie seperti itu. Ia memang tipe orang yang selalu ingin tau apa yang sudah pernah dilihatnya. Percaya deh, bentar lagi bakal dipraktekin olehnya. Asal jangan Rakha yang jadi korban nafsu bejadnya.

Dan tentu saja, tas yang berisi kondom itu milik Biant. Ia anak orang kaya, Tasnya bisa gonta ganti tiap hari. Tapi Rakha sama sekali gak pernah nyangka kalo benda karet seperti balon mainan khusus orang dewasa itu jadi alat yang sering dipakenya. Mungkin tiap bulan sekali, atau mungkin tiap minggu, atau bahkan tiap hari, atau jangan jangan sehari sampai beberapa kali. Ampun deh,.. sebaiknya Rakha bersyukur. Untuk urusan itu, Rakha emang gak mungkin bisa kasih. Coz, Rakha emang gak punya alat pemasok gituan. Kecuali kalo Rakha mau disodomi! Tapi, biarpun begitu. Rakha masih punya satu hal yang tidak dimiliki seorang Emili, yaitu ketulusan cinta dan rasa ingin memilikinya begitu besar. Meski itu tak mungkin!

***

Rakha sudah berulang kali ingin melupakannya, namun tak semudah membalikkan telapak tangan. Mereka satu kelas, setiap kali Rakha ingin menanyakan kabar Biant dari hati, selalu adegan memuakkan yang dipertontonkan oleh keduanya. Biant seolah menyembunyikan rasa kagumnya ke Rakha dan berusaha berakting mesra seoptimal mungkin demi membalas hinaan yang telah Rakha perbuat secara tidak disengaja. Sifatnya tak ubah kayak anak kecil yang ingusan! Dia pikir, Rakha akan sakit hati? Sebenarnya sih, begitu! Tapi Rakha tak kalah menjadi actor utama yang selalu sabar menahan cacian makian hingga ending menjelang.

Untunglah, ujian telah berakhir. Masa masa sulit selama seminggu itu lewat dengan begitu mudahnya hingga Mata pelajaran olahraga yang terakhir baru saja usai, menutup semua lembaran soal. Tinggal menunggu waktu seminggu lagi, untuk mendengarkan hasil pengumuman.

Rakha lalu berjalan hendak keluar pagar melewati rute yang tak jauh dari empang.

Waktu seakan berlalu begitu cepat! Seseorang telah mendorong tubuh Rakha hingga nyemplung kedalam kolam ikan secara tiba tiba.. Ini bukan perbuatan kesengajaan dalam arti pembunuhan berencana. Itu adalah ide jayus anak anak yang ingin mengerjakan siapa saja yang sedang berulang tahun. Tololnya, Rakha lupa kalo hari ini ia berulang tahun. Sialnya lagi, Rakha tak mencium niat busuk temannya, semua tanpa ada persiapan, tanpa ada pemberitahuan, bahkan tanpa ada yang tau kalau parahnya, Rakha sebenarnya tidak bisa berenang.

Ketika tubuh Rakha masuk ke dalaman air yang lebih dari dua meter dan di dasarnya seperti lumpur. Ia sama sekali tak bisa bertindak. Selain berteriak minta tolong didalam air. Percuma! Yang ada hanya gelembung gelembung udara yang menunjukkan jikalau disitulah letak keberadaannya tenggelam. Selain itu, Rakha sudah tak bisa menunggu lama lagi kecuali ada kesempatan untuknya bernafas sekali saja dan mencari apa yang bisa membuatnya tertahan. gerakannya yang tak berirama tentu tidak membuatnya mengapung.

Dalam hitungan perdetik, tak terhitung lagi berapa kadar air masuk kehidungnya, bahkan dalam mulutnya pun begitu. Semakin lama, Rakha merasakan tubuhnya bagai kejang kejang dan tubuhnya makin melemah hingga mati rasa secara pelan, perlahan matanya mulai menutup pandangan yang tentunya hanyalah air kecoklatan, sampai menyadari bahwa inilah mungkin akhir dari hidup seorang Rakha. Di hari ulang tahunnya yang ke 6belas. Harapannya, sebelum ia meninggal. Semoga inilah jalan yang terbaik bagi siapapun yang mendengar kabar terakhirnya.

***

Lima menit sebelum kejadian.

Biant baru saja keluar dan disambut senyuman oleh seseorang yang menunggunya di pintu ruang kelas sepuluh, ialah Emili. Sementara kelas ujian Rakha terpisah dikelas sebelas. Logikanya inisial B dan R emang abjad yang jauh jaraknya, hingga mereka berada dikelas yang berbeda ketika ujian berlangsung. Rakha sengaja pulang mengarah kesisi berlawanan dari kelasnya Biant, agar terhindar dari pandangan benci. Namun, Biant sendiri sudah mengira akan begitu, iapun sengaja akan pulang dengan kondisi jarak yang semakin jauh pula.

Biant sempat melihat kegilaan Corrie yang spontan bertindak mencurigakan. Corrie tiba saja semangat berlari mengejar posisi Rakha yang mulai mendekati empang, targetnya. Biant masih belum tergerak untuk mencegah si pria nyebelin itu. Masa bodoh, pikirnya. Meski sempat menepis pasti itu akan lucu dan akan menjadi kenangan selama Rakha masih bisa mengingatnya. Lagian disini ada Emili yang tak mungkin Biant hiraukan

Entah kenapa? Ketika Biant tau, sejak niat Corrie ingin membuat kejutan ke Rakha dengan mendorongnya hingga masuk empang. Membuat perasaan Biant secara tak sadar jadi gelisah tak karuan. Walau tingkahnya masih ingin dipaksakan tak acuh. Tapi, sikapnya tentu tak sekacau pikirannya.

Biant teringat sesuatu, pada saat moment Rakha dan Ia sedang berada dirumahnya.

“Lo ngapain buka baju depan gue?” tereak Rakha serasa ingin menghindar.

Padahal, Biant hanya pengen tau ekspresi muka Rakha ketika ngeliat badannya tengah kebuka. Apakah nafsu? Atau cuek kayak cowok normal. Biant masih penasaran karna respon itu tak cukup membuktikannya, seperti perasaan nafsunya yang sama, ketika Biant pertama kali melihat tubuh Rakha yang setengah bugil kala menginap dirumah Biant sebelumnya

Lalu giliran celana jeansnya melorot sampe Rakha bener bener melongo pucat dan kaku saking takut diapa apain. Biant hanya mengenakan celana berbahan karet yang super ketat berwarna putih, ia sengaja mendekati Rakha kala itu dan menarik pergelangan tangannya tanpa ada kode apapun. Rakha hanya pasrah dan penasaran kemana ia hendak membawanya?? Tadinya mo diajak kekamar, berhubung Rakha orangnya agak tertutup dan pandai menyimpan kekagumannya. Akhirnya rencana pertama digagalkan!

Dan dihalaman samping rumahnya terbentang sebuah kolam renang raksasa, Rakha semakin takut. Ia menahan langkahnya tiba tiba.

“Kenapa? Gue Cuma ngajak lo berenang!” ceploz Biant.

“Gue,.” Ucap Rakha malu malu “Gue gak bisa berenang, Iant!”

Biant menatapnya dengan sangat prihatin “Gue akan ajarin lo, lo tenang aja!”

Rakha tentu gak ngerti kalo maksud Biant perduli seperti itu agar Biant akan merasa lebih puas meluk tubuh Rakha yang mungil dalam kesempatan mengajarinya berenang. Bodohnya, Rakha tak bisa memahami kebutuhan Biant. Biantpun gak mungkin memaksakan kehendaknya demi keinginan hasrat Biant saja.

Hingga akhirnya, Biant hanya bisa nyuruh Rakha untuk tidak jauh jauh dari kolam, agar siapa tau Rakha lama lama akan tertarik untuk melakukan adegan intim setelah acara berenang selesai. Namun, Rancana Biant gagal lagi. Tiba saja setelah itu Rakha ingin pulang, payah payah semalaman Biant mencari ide agar Rakha berusaha menyatakan kekalahan perasaannya. Dan kenapa Biant saat itu tak sempat berfikiran kalo cowok ganteng imut kayak Rakha mana mungkin di sekolahnya yang dulu tidak ada yang tertarik padanya? Mestinya itu sudah diperkirakan oleh Biant sebelumnya. Kalo Rakha tak mungkin menyukainya. Seperti kenyataan yang sekarang.

Tapi ini terlalu lama, Biant terlampau lama mengabaikan orang yang sesungguhnya paling ia kagumi di kelas ini. Jasad Rakha masih terendam dalam empang, sementara disana tak ada yang bertindak melakukan pertolongan untuknya. Ada apa dengan mereka? Apa yang sedang mereka tunggu? Apa mereka pikir Rakha sedang bercanda? Tidak! Mereka tidak ada yang tau bahwa Rakha memang sesungguhnya tidak bisa berenang.. mereka tidak ada yang tau, kecuali Biant! Sedang Biant masih diam.

“Ow,.. SHIIIIIIIIIITTTT,…” Ini akan membunuhnya, Biant tak mungkin tinggal diam.

Biant lalu menyingkirkan Emili secara tak disengaja, hingga buku buku yang digenggam Emili berjatuhan dilantai. Diacuhkannya Emili, demi sosok seorang yang lebih penting dalam hidup Biant. Ini lebih dari sekedar nyawa seseorang. Dengan gerak yang super cepat bak superhero yang hendak menolong umatnya. Biant langsung saja berlari dan terjun menenggelamkan diri ke empang di tempat Rakha seharusnya berada.

Semua makhluk berseragam putih abu abu berpusat pada sisi pinggir empang. Semua mendekat sekedar ingin mencari tau apa yang terjadi. Dan muncullah Biant dipermukaan air dengan sosok tubuh yang nyaris kaku. Biant mengangkutnya ke tepi empang. Dalam keadaan basah kuyup, Baint berusaha menampar nampar pipi Rakha, namun tak jua sadar. Di check nya sekitaran lubang hidung Rakha yang sudah tak ada proses udara yang keluar. Kontan, Biant langsung menekan nekan dada Rakha dengan sekuat kemampuannya.

“Lo harus tetep idup, Ka!” Batin Biant berusaha terus mencoba menyelamatkannya.

Usaha Biant, belum menunjukkan tanda tanda keberhasilan. Biant sempat memutar segala arah padangannya, semua tidak ada yang peduli. Dan Corrie sendiri merasa bersalah dan ingin mendekat. Hanya saja, Biant menahannya dengan rasa kesal, tanpa banyak bicara.

Biant mencoba menatap wajah Rakha yang pucat sekali. Wajah ini,.. mirip sekali dengan seorang teman kecil Biant bernama Faisal, sepuluh tahun yang lalu. Kejadian ini sama persis. Ketika Biant yang masih nakal nakalnya mengajak Faisal mandi di pinggir sungai musi, anak kecil berumur enam tahun itu mengelak karna belum bisa berenang. Biant menyuruhnya tetap menunggu diatas undakan batu.

Sementara Biant asik berenang, lalu ia tidak menyadari bahwa temannya terpeleset dan masuk ke dalam sungai. Biant berusaha menyelamatkannya dengan membawa tubuhnya ketepi nun jauh. Dan waktu itu, Biant sudah terlambat. Faisal telah pergi, semenjak itu Biant selalu mengira Rakha adalah malaikat yang berwujud seperti Faisal. Ia selalu mengenang kenangan indah bersamanya. Sampai pada semua orang tidak mempercayai Biant, karna masih menganggap Biant ini adalah pembunuh Faisal!

Tak ada cara lain, tanpa pikir panjang, Biant langsung memberikan nafas buatan melalui mulut Rakha dengan mulutnya. Semua orang tercengang dibuat oleh tingkah Biant, bahkan ada yang sempat memotret kejadian yang berkesan itu. Berulang kali Biant menyatukan mulutnya, sampai akhirnya jemari Rakha reflek tergerak memberi respon. Kemudian tubuh Rakha terbangun dan memuntahkan air dari dalam tubuh segitu banyak awalnya. Biant tau Rakha sudah selamat dari masa kritisnya, iapun tiba saja menyingkir. Dan mengatasi rasa lelahnya sendiri.

“Faisal,….” Sahut Biant Seakan ia sendiri sedang mendengar bisikan suara sahabat kecilnya. Tak sadar kalau Biant telah memaksa mencium bibir Rakha, tadinya,.. ada sebuah getaran hebat yang menyadarkan Biant akan keinginan yang sesungguhnya untuk tidak ingin kehilangan sosok seorang Rakha. Seperti ia telah kehilangan Faisal. Biant sangat menyayangi Rakha, meski Rakha tidak pernah mau peduli.

***

Rakha kira, ia sudah mati. Mata Rakha terbuka sayup sayup lalu tertutup kembali sampai beberapa kali. Sejak Rakha ingin berusaha membangunkan dirinya, selalu sosok Biant yang terlihat disisinya. Seperti malaikat. Syukurlah, Rakha merasa lega. Apalagi genggaman erat tangan hangat Biant terus membuat Rakha selalu ingin kuat akan bertahan hidup untuknya.

Hingga Rakha benar benar siuman, ia terbangun dan sosok Corrie sedang berada tak jauh disamping tubuhnya.

“Syukurlah, Elo udah sadar Ka! Gue khawatir sekali kalo sampai elo,..”

“Biant kemana, Rie?” penggal Rakha tiba tiba.

Corrie terdiam, ekspresinya seakan kepalanya baru saja ketiban palu besar. “Gue gak tau!” jawabnya cuek.

Tak ada yang diharap Rakha kecuali seseorang yang ia sayangi ada disampingnya. Rakha kecewa mendangar pengakuan Corrie.

“Mm,.. Gue minta maaf, Ka. Gue gak tau, kalo elo gak bisa berenang. Sewaktu lo dibawa ketepian, gue rasanya pengen ngebales rasa bersalah gue untuk memberikan lo nafas buatan. Tapi Biant mencegah gue, Ka. Sepertinya hanya elo dan dia yang tau kenapa?”

Rakha kaget, ia menatap mata Corrie yang begitu serius memohon jawaban atas pertanyaan ngawur yang ada dipikirannya. Gawat, kalo sampe Corrie tau perasaan Rakha!

“Hai, kita datang gak salah waktu, kan?” suara Emili menghancurkan keadaan

Senangnya, saat itu Biant juga ada disamping Emili. Rakha tersenyum menyambut kedatangan mereka dikamar bonyok Rakha. Entah siapa yang ngebawa jasad Rakha pulang? itu gak penting! Yang penting kehadiran Biant yang telah memulihkan kondisi Rakha. Corrie juga menghadap kedatangan mereka di ambang pintu kamar, dan tiba saja Corrie berdiri, ia bergerak meninggalkan tempat, sebelumnya sempat menatap curiga ke Biant. Apa lagi yang dipikirin cowok itu?

“Mil, temenin gue sebentar kewarung..” Ajak Corrie ke Emili mendadak.

Meski agak lemot mikirnya, akhirnya Emili terpaksa ikut. “Jajanin gue sekalian, ya!”

“Beres!” Corrie seakan membaca pikiran Rakha. Gimana kalo sampe Corrie sengaja ngebuat Biant dan Rakha hanya berdua saja? Rakha sangat yakin kalo Corrie pasti sudah mengetahui sesuatu. Sedang Rakha sibuk mikirin Corrie, sampe gak sadar kalo Biant sudah berada sangat dekat sekali dengannya.

“Elo seberapa baekan, Ka?”

“Kepala gue masih melayang, Iant. Makasih udah jagain gue”

“Jagain?” Biant menyungging senyuman meledek. “Yang penting elo selamet”

“Kalo gue gak salah, elo kan yang nyelameti gue?”

Biant tak bergeming. Ia berusaha menutupi keadaan

“Gue kira orang laen, soalnya elo waktu itu berada diposisi yang sangat jauh dari mata gue?”

Sekali lagi Biant membiarkan Rakha ngoceh.

“Kenapa bisa elo, Iant? Elo tau jawabannya, kan? Dan meski gak nyangka, tapi satu satunya orang yang gue harep bisa nolong gue saat itu cuma elo. Dipikiran terakhir gue saat itu hanya ingin melihat wajah lo yang terakhir kalinya.. walau gue gak selamet sekalipun”

“Lo ngomong apaan, sih? Kan cuma gue di sekolah itu yang tau kalo elo gak bisa berenang. Jadi gue berusa,..”

“Kenapa lo gak bertereak pada anak anak” Potong Rakha sebel “orang lain pasti bisa lebih cepet dari gerak lo yang super lambat.”

“Gue panic, Ka!” tegas Biant sambil menatap mata Rakha dalem dalem. “Lo puas!”

Gak! Bukan itu jawabannya,.. lo sebetulnya sayang sama gue, Iant. Tapi lo masih takut mengakui itu. Padahal, mungkin sebentar lagi Corrie akan tau. Dan tak lama lagipun biang gossip disekolah bakal membuat karangan cerita menurut versi mereka. Gue hanya ingin kejujuran yang masih lo sembunyikan…

“Atau kenapa lo gak biarin gue mati?! Kalo itu yang sebenernya elo mau.”

Kali itu Biant lebih milih gak ngomong sama sekali, karna itu jauh lebih baik.

Jumat, 17 Februari 2012

Cowok Keripik Jengkol

Khusus hari ini Rakha sengaja ingin membuat semua yang hadir dipesta itu akan tercengang melihatnya, dengan tampilannya yang dirubah total. Jauh dari pakaian sekolah bekas ataupun pakaian bebas keseharian yang paling sering dipakai.

Ia memadu padankan kulit putih bersihnya dengan kaos berwarna putih pula, yang bercorak abstrak di bagian depan bajunya, tak ketinggalan ia menciptakan list kaosnya agar tampak meriah dengan menggabungkan inner kemeja lengan pendek kotak kotak berwarna merah hitam mencolok, yang menonjolkan kerah nya mencuat keluar serta membuat lipatan pada lengan tangannya.

Bawahannya, jeans biru standard plus sepatu kets converse. Tak lupa, jam berwana hitam mendominasi pergelangan tangan kirinya. Ia bukan nampak seperti orang miskin lagi, jauh sekali dari kesan penampilannya sehari hari. Nyokapnya sampe melongo liat putra keduanya secakep itu berdiri diambang pintu rumahnya, seakan sedang gelisah menunggu seseorang.

“Cepet cepet nak, cari calon mantu” pikir si Emak gak sabar.

Waktu berjalan kian memperlambat. Koq Biant belom datang? Jangan jangan Biant lupa ama janjinya mo niat pergi barengan kerumah Tasya. Padahal siang itu menunjukan pukul 2belas lewat. Sekali lagi Rakha ngelirik jam tangannya dengan hati yang berdebar debar, semoga Biant selamat diperjalanan sampai tujuan. Yup! Dandanan ini juga diciptakan sedemikian rupa agar si Biant ikut terkesan. Hehe, biar dia nantinya gak selalu kepikiran kalo Rakha selalu berpakaian yang membosankan.

Sepuluh menit kemudian, si ninja hijau baru keliatan. Dan yang mengendarainya pun tak kalah nge jreng nya dari Rakha. Setelan jeans dari celana ampe jaket yang super ngepas ama yang make. Lalu Biant yang masih duduk di jok motornya pun ngelepas helm.

“Sorry, gue telat dikit!” wajahnya sama sekali bersinar tanpa dosa.

Ampir se jam nunggu, masih nge less sedikit?? Gila! Untung aja Rakha gak kepikiran kabur dulu saking bete nya. Rakha akhirnya menghampiri dia dengan ekspresi kesal. Tanpa banyak bicara.

“Mo kemana, bang? Ganteng amat?!” canda Biant mengawali.

Itupun gak lucu! Rakha ngambeg, ia lebih baik langsung naik ke jok belakang ketimbang ngurusin rayuan gombalnya. Biant udah make filing, kalo si Rakha bakal gak negor dia atau bahkan gak menilai blak blakan penampilan Biant dari luar. Maklum, Biant nyadar kalo telat ini yang bikin situasi kacau. Well, tak perlu menunggu lama lama. Mereka pun mulai menstarter lalu membelah angin dengan si ninja hijau.

Sementara motor berjalan pelan, Rakha mulai tergiur sempet berfikiran nakal, pengen meluk tubuh Biant dari belakang. Apa yang terjadi ya? kalo Biant keberatan, pasti dia akan berusaha melepasnya. Minimal kena marah, lah! Hehe, tapi gak usah peduli ama urusan nanti. Masalahnya, kedua tangan ini pengen banget merangkulnya sekarang juga, mumpung kesempetan. Kalo seandainya dia mendadak nanya, Alesan tepatnya, Rakha takut jatoh. Haha,.. cara ngarang orang tua

Jreeet! Tanpa konfirmasi lagi, kedua tangan Rakha mulai nunjukin aksinya, tapi belom seberapa kenceng sih, masih tekanan malu malu.

“Yang kenceng meluknya, Ka!” tereak Biant tiba tiba. Malah bikin Rakha gak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.

Aseeeekkk,.. Biant malah ketagihan. Lanjuuut… dan kecepatan motor malah ikutan bertambah nyaris 90 meter per jam. Mentang mentang disepanjang jalan jarang keliat kendaraan berlalu lalang, iapun mengerakkan ninjanya dengan melaju kencang. Sinting, ini bukan sirkuit balap!!! Ngeeeeeennnggg!!!!,… Sh8t, dalam hitungan beberapa menit saja, rumah Tasya udah ada di muka. Perjalanan tadi begitu tak terasa. Saking ngerinya buka mata, Rakha gak sempet ngeliat sekolahnya lewat dari pandangan. Dan rambutnya semakin menjadi sasak, tanpa ditata.

Sementara dari sekeliling situasi menunjukkan kalau Jam segini udah jelas parkiran dihalaman rumah Tasya penuh, terpaksa si ninja mangkal agak jauhan dan berteduh dibawah pohon beringin bersama lima motor lainnya. Rakha turun duluan, disusul Biant. Masih suasana marahan, Rakha gak ngomong apapun. Dan langkah mereka tetap nampak beriringan menuju rumah mewah itu dan disambut hangat oleh sang tuan rumah yang sedang berulang tahun dengan senyuman. Saking bangganya.

“Lama banget, gue pikir gak dateng!” gerutunya sebal

“Nungguin pangeran dandan!” Rakha gak kalah melampiaskan kekesalannya pada orang yang ada disebelahnya. Gak ketinggalan, meski disela nyolot. Semua masih tetep ngucapin selamet seperti prosesi ritual biasa.

“Katanya yang laen udah pada dateng, Tasy? Pada kemana?” Sergah Biant tak merespon sahabatnya sendiri yang masih ngambeg karna ulahnya.

“Melani ama Corrie ada di samping rumah, kalo mo cari Rishaa (sambil ngelirik Rakha) ada diruang tengah. Ka, elo ganteng banget, Karishaa gak kalah cantik loooh..” tak heran, Tasya itu jago banget ngeledek. Bikin Rakha gak kuat ama rayuan mautnya.

Rakha cuma bisa cengas cengis menanggapi soal Rishaa. Tanpa memperdulikan kecemburuan Biant.

“Masuk yuk,.. acara mo dimulai! Gue masih nunggu beberapa temen lagi,” ujar Tasya masih tampak celingak celingukan keluar halaman.

Biarin aja si Tasya ngurusin tamunya. Kini, giliran duo cowok kece yang jadi sorotan public ini melangkah masuk ruang demi ruangan. Dan sempet denger Biant rada bergumam diantara degup degep bunyi alunan music bit electric dan dicampur ama teriakan teriakan penghuni yang memadati ruang sampe ada yang ngedance saking gak mau ketinggalan heboh. Busyeet, pikir Rakha gak mungkin semeriah ini tadinya.

“Kemaren Elo mutusin jadian ama Rishaa, Ka?” tebaknya sok tau

“Enggak, lah! Gue cuma nemeni dia beli kado doang!” bantah Rakha.

“Kenapa gak jadian aja, dia cantik koq. Pinter lagi!”

“Gue gak suka!” timpal Rakha cuek, pandangannya masih terhibur sama kehebohan suasana “Gue sukanya cuma ama elo!” nada Rakha nyaris mengundang penasaran Biant.

Biant juga gak langsung nyahut, hanya saja tatapannya ke Rakha buat mastiin ke seriusannya. Sebenernya sih, Biant udah tau maksud Rakha bicara begitu. Mereka berdua ini sudah saling mengerti sejak lama, hanya saja malas untuk ngebahasnya lebih serius. Tapi Rakha masih sempet senyum getir mengalihkan rasa malu karna di lirik seperti itu, tentu akan mengingatkan ia pada pertemuan pertama diantara mereka.

Biant mulai gelisah, entah apa yang ada dipikirannya kala itu? Disela hiruk pikuk kegembiraan masing masing individu. Mungkinkah ia sedang mencari ide dimana posisi paling tepat untuk melakukan adegan ciuman tanpa harus diganggu orang? Hoho,.. langsung aja! Jangan bahas kelamaan! Rakha pun keliatan panas dingin, dan salah tingkah sendiri, tak habis pikir kalo hari ini bakal dapet kejutan yang  tak terduga! Pipinya yang memerah, sengaja ia tutupi dengan selalu menunduk kebawah agar tidak dicurigai banyak orang. Namun hanya bisa mingkem sambil jilat jilatin bibirnya sendiri supaya tampak basah dan merona menggoda.

“Ikut gue, Ka” ajak Biant mendesak sekaligus tak sabar. Entah kemana niatnya, sampe narik pergelangan tangan Rakha segala?

Tapi Rakha tak bergerak. Fikirannya tiba saja terpusat pada firasat, ada yang tidak beres sebentar lagi. Iapun kontan mengintari segala sudut pandang. Pasti ada yang dicarinya.

“Kenapa, Ka?” Biant penasaran “Elo baek baek aja, kan?”

“Ada yang manggil nama gue, Iant.” Jelas Rakha.

“Gak usah dihiraukan, paling rombongan anak sekolah yang jahil”

“Gue serius, nadanya seperti sangat gue kenal”

Biant menunggu sambil memandangi ke sikap Rakha yang terpaku sesaat. Dan tak lama dari situ,

“Rakha, elo koq bisa ada disini?” sapa seorang cewek tampak heran melihat wajah Rakha, saking gak percaya dengan matanya sendiri.

Rakha terkejut, ia melihat jelas siapa gadis ini. Cantiknya luar biasa, mirip mirip ama taylor Swift versi Indonesia. Bagi Rakha, Tasya urutan kesepuluh setelahnya. Kalo Rishaa, urutan ke lima enaman gitu deh dibanding dia. Dia ini perfect banget, tinggi badannya lebih tinggi dia dari Tasya, warna kulitnya lebih cerah dari Rishaa, rambutnya panjang mengikal terurai, senyumnya tak ada yang mengalahkannya. Memandang wajahnya, seakan mengingatkan Rakha kembali kemasa jaya nya di SMP.

“Siapa, Ka?” Biant mempertanyakan itu.

Mata Rakha sama sekali tak ingin berpaling dari si gadis yang matanya nampak berkaca kaca karena terharu, sementara Rakha masih shock. Ia nampak bingung harus menjelaskan bagaimana? Dan darimana? Ini tentu akan membuat dunia dikepalanya kembali berputar, berputar terus mencari cahaya terang.

Dengan sangat menyesal, Rakha memperkenalkannya dimata banyak orang. Ini sangat personal, takkan ada yang ingin menyakiti ataupun tersakiti karna memang kenyataan takkan bisa dipungkiri jikalau ini pukulan terberat baginya. Siapapun, Rakha hanya bisa minta Maaf!

“Dia Tiara, Iant. Pacar gue waktu SMP!” Jelas Rakha kemudian terdiam total. Mengakui kalau ia nyerah!

Satu hal, ketika lo mau nunjukin rasa cinta lo ke orang yang paling lo sayangi. Sebaiknya lo pasti in dulu bahwa lo, ‘emang bersih’. Artinya, elo sebenernya belom punya siapa siapa!

Waktu ini sudah terlambat untuk menjelaskan semuanya, Biant.. terutama orang yang punya harapan dapat jadi pilihannya, sekarang mereka kecewa berat! Kehadiran Tiara bagai benda pusaka yang kekuatannya ingin disingkirkan banyak orang, bahkan sebagian orang lagi ada yang ingin memiliki keampuhannya.

***

&^$(&#*@*$@%(*)*&%)#$@(&^*^)(^$^%@&,.. (mirip kayak kaset rusak yang lagi diputer ulang ke masa satu tahun silam) yok comin, kita flash back dulu… hehehe,…

Awalnya, Rakha tak begitu kenal sosok Tiara. Yang hanya ia tau, Tiara adalah gadis paling popular karna kecantikannya disekolah SMPnya dulu. Ia primadona. Berhubung si Rakha dikenal sebagai cowok paling cerdas dan ikut nimbrung sebagai idola sekolahnya juga. Akhirnya banyak orang yang mengatakan keduanya cocok. 

Tak payah merayunya sampe bersaing dengan ratusan siswa yang mengincarnya. Karna, Tiara selalu berada dikelas yang sama selama tiga tahun ajaran sekolah. Dan lebih parahnya, Tiara sendiri emang sudah menaruh hati pada Rakha sejak lama. Hanya saja, Rakha baru berani mengungkapkannya akhir akhir menjelang perpisahan SMP nya. begitu tau kalo perasaannya tersambut, merekapun jadian dalam waktu singkat. Ini bagai sebuah prestasi yang luar biasa dari penghargaan lain yang pernah ia dapatkan Setelah ia dapat gadis nomer satu di sekolah.

Rakhapun berasa seperti orang paling beruntung di dunia dan paling sempurna. Tapi, kegembiraan yang dirasa Rakha hanya sesaat, karna perpisahan SMP jua yang membuat keduanya bubar sampai dengan sekarang.

Kisah masa lalunya itu sudah lama tertutup rapat, semua tertinggal. Malah tidak pernah disinggung Rakha lagi sejak mulai perpisahan kelasnya. Ia memulai kehidupan barunya di SMA termiskin yang kemudian mempertemukan ia dengan kekayaan kisah cintanya yang lebih berkesan.

Diakui Rakha, ketika itu ia masih terlalu muda. Hatinya masih terlalu didoktrin sama ganknya sendiri. Tak pernah kepikiran bakal ada cinta yang sesengguhnya tumbuh bersama dengan kedewasaan dan kesadaran. Ia sama sekali tak pernah kepikiran akan bertemu seseorang yang lebih baik setelah itu. Bahwa, jika waktu dapat kembali berputar. Pilihan Rakha tentu pada seseorang yang benar benar telah menarik perhatiannya. Yaitu Brilliant. Belom mau ada yang lain,..

Biant telah mengubah cara pandang hidup Rakha, andai ia tau. Biant telah membuka mata hati dan membuat Rakha semakin mengerti akan apa makna dibalik jatuh cinta? Bahwa pasangan itu tidak mesti Romeo dan Juliet saja. Jika cinta sebenarnya memang butuh proses yang lama tapi bisa mendapatkan hasil yang terindah.

Hanya saja, Biant mungkin berpandangan berbeda, kiranya Rakha masih menjalin hubungan dibalik kerahasiaannya selama ini. Biant sebenarnya salah besar! Lagi lagi, ini masalah komunikasi yang terlambat.

***

“Ra, tunggu disini bentar, ya. Rakha mau ambilin minum dulu..” Usul Rakha pada kekasihnya. Tak sadar, sempat Rakha mengelus wajah lembutnya.

Tiara hanya bisa diam dan manggut pelan. Dari matanya saja, Rakha tentu bisa menebak kalau perasaan Rara (panggilan akrab Tiara) masih sama seperti yang dulu. Ia terlalu lugu untuk disakiti, dan ia pun terlalu takut untuk ditinggal sebentar. karna sebelumnya, Rakha telah meninggalkannya begitu lama.

“Pokoknya, jangan jauh jauh dari Linda!” tambah Rakha mengingatkan. Membuat Linda dan kawan kawan yang berkisar enam orangan itu iri melihat sepasang kekasih yang baru saja melangsungkan resepsi kangen kangenan.

Rakha baru aja dikasih tau, kalo Linda itu sahabat SDnya Rara. Nah, si Linda ternyata temen sekelas Rakha di SMA saat ini. Sebelomnya Rakha dan Linda memang tak pernah bertemu ataupun saling mengenal sedekat ini,. Tepat hari ini, kaum SD mereka mengadakan reuni dadakan. Berhubung Linda punya acara sampingan, akhirnya ia berniat mengajak teman temannya gabung di acara B’day nya Tasya. Maka, pertemuan yang tak terdugapun terjadi disini.

Rakha kemudian berjalan sendiri menuju kearah dapur. Sejak Rakha memperkenalkan Rara sebagai kekasih hati pada pengunjung lainnya, selama acara puncak berlangsung, selama barusanpun, akhirnya Rakha baru punya alasan untuk lepas dari Rara. Tentu, niatnya tak hanya itu. Rakha berpeluang besar mengintari matanya keseluruh sudut ruang sekedar ingin memperkirakan kalau Biant masih ada ditempat. Namun jawabnya nihil. Sepertinya, Biant sudah menghilang.

“Corrie, lo liat Biant ma anak laennya gak?”

Corrie belagak mikir sejenak “Kalo Biant, sedari tadi gue belon liat. Mungkin emang belom datang! Kalo anak laennya pada joget, Noh. Arjunot lagi pedekate ama Melani”

Bukan! Bukan itu jawaban yang ada dibenak Rakha.. itu hanya trik untuk mengelabui kalo Rakha tidak hanya peduli dengan Biant saja. bukan pula tatapan orang orang yang memperhatikannya dengan mata penuh curiga dan tanda Tanya tentang siapa Tiara!. Rakha tak ingin memperdulikan yang lainnya, bahkan ketika rumah ini meledak karna boom sekalipun. Sebisa mungkin Rakha hanya ingin menyelamatkan Biant dan Rara, tentunya.

“Elo kemana sih?” batin Rakha masih kesal dengan dirinya sendiri.

Tak disangka, Tasya melintas dihadapan Rakha dengan mata yang sembab. Kontan, si Rakha langsung menahannya, tanpa pikir panjang lagi.

“Lo liat Biant gak, Tasy?” tiba tiba Rakha tersuntak kaget “Kenapa mata lo?” Rakha ampe bingung pertanyaan yang mana musti dilontarkannya. “Lo abis nangis karna terharu ya?”

Tasya mencoba melengos, namun tertahan keras oleh cengkraman Rakha dikedua sisi bahunya. Mungkin Tasya lebih tau jawabannya. “Ada apa , Tasy? Elo kok, mendadak berubah?”

Setelah menahan uneg unegnya cukup lama, akhirnya Tasya mulai angkat bicara jua.

“Rishaa lagi ada dikamar gue, Ka! Ia nangis sejadi jadinya, Gue sampe gak bisa nahan tangisan gue setelah tau perasaannya. Elo keterlaluan banget ya! Kenapa dari awal lo gak mo jujur sama hati lo? kenapa musti ada yang tersakiti setelah rahasia lo kebongkar. Sekarang lo mo bilang apa? Gue hanya bisa mengira kalo elo emang manusia paling muna’. Egois! Pecundang!” Tasya mendengus “Ternyata emang itu sifat asli Lo! gue kecewa, Ka!”

Rakha tidak bisa berbuat apa apa, ia hanya menelan hinaan itu seperti ia sedang menelan ludahnya sendiri. Rakha menikmati detail emosi Taysa yang membludak bludak, seakan mewakili perasaan orang banyak yang lebih kecewa daripadanya. Sebagai hukumannya Rakha terus terpatung, yang kali ini emang butuh seseorang yang menghujatnya secara terang terangan. Itu akan lebih lega ketimbang ditahan dalam hati. Kemudian Tasya pergi dengan kebenciannya. Meninggalkan Rakha.

Ini memang salah Rakha, bahkan dihari yang semestinya bahagia Tasya pun tampak harus bersedih. Bejad memang, tidak tau diri! Rakha emang gak pantes ada dalam lingkungan ini, menyesalpun kini tiada arti.

Sekarang, disekelilingnya pun seolah ancaman baginya. Bisa jadi, mereka sedang mencaci maki namanya melalui mata tajam mereka. Apa yang sedang didiskusikan mereka tak bisa diklarifikasikan sekarang. Ini bukan waktu yang tepat untuk jumpa pers. Terserah bagaimana cara mereka menilai. Rakha bicara pun, mungkin tidak akan ada yang mempercayainya. Keadaan seperti ini, jika dibiarkan akan bertambah buruk. Satu satunya jalan, Rakha sebaiknya pergi dari sini. Saat ini juga!

Ketika Rakha kembali pada kelompok Rara, ia sempat mengucap kata pulang. Dan temen temen SD Rara yang masih merasa tampak asing itu ternyata lebih sepakat dengan pilihan Rakha. Mereka jenuh, sama seperti perasaan Rakha.

“Gue mo cari Tasya dulu” kata Linda tiba tiba.

“Ngapain?”

“Pamitlah!”

“Gak perlu, gue udah ketemu Tasya tadi..”

“Kenapa sih? Tasya itu siapa?” Rara kali itu tampak sembrono. Itu karna Rara curiga, Rakha pergi lama lama tapi tidak bawa air minum segelaspun.

Linda sama Rakha saling berpandangan dan tak ingin membicarakan apapun. Begitu isyarat lirikan yang sempat Rakha lontarkan pada Linda. Rakha sudah tak sanggup lagi mengatasi ini, ia hanya ingin cepat cepat berlalu.

Salah satu teman SD Rara, sebut saja Madhan. Mengangkut mereka bertujuh dalam satu mobil pribadi milik ayahnya. Tujuan dadakan berikutnya, kerumah Rara. Itupun, sebenarnya usul Rakha yang hari ini tampak aneh dan selalu ikut campur. Tak ada yang tau, kalau ia masih menutupi kegalauannya, dilemanya, stressnya sendiri memikirkan tragedy siang ini.

Didalam mobil, Rakha sempat memandang ke pohon beringin tempat motor milik Biant tadinya terparkir. Sekarang sudah kosong, artinya Biant memang sudah pulang. Entah sejak kapan? Saking Rakha tidak bisa memperdulikannya.

***

Bergaul dengan orang orang asing seperti mereka, sama sekali tidak bisa melupakan masalah pribadinya. Namun bagi Rakha, ini bisa saja dianggapnya sebagai pelarian topic pembicaraan sesaat agar sedikit cair, daripada kekentelan. Walo banyak orang bilang kentel itu enak. Tapi kalo masalah?? Mending jangan mumet, dah! Intinya.

Cukup disitu saja Rakha melepas tawa, senyum, bicara banyak dan menciptakan ide ide topic yang gak sengaja terlintas dan hangat. Rakha sendiri terlihat paling beda hari itu, refleks keliatan bak MC disebuah acara prareunian. Mengikuti arus cerita, tak terasa waktu menentukan perpisahan. Semua bubar, namun Rakha masih menetap karna ada satu masalah yang harus diselesaikan sore itu juga. Tak peduli jam kerjanya sudah kelewatan.

“Hampir satu tahun berlalu, Ka. Sejak perpisahan itu, gak ada kabar sama sekali. Bahkan, Rakha gak pernah ngasih tau bakal mo pindah rumah setelah tamat sekolah.

Trus katanya, kita akan satu sekolah bareng lagi di SMK perhotelan itu, Rara sampe nunggu dan mencari, namun setiap kelas hasilnya nihil. Gak ada tanda tanda keberadaan Rakha di sekolah itu. Rakha yang Rara kenal seakan hilang tanpa jejak!” Terang Rara, sekali itu ia langsung bicara banyak. Sebab kata katanya tertahan sejak pertama kali bertemu. “Sekarang, Rara masih menunggu kejelasan Rakha!”

Yah, Rakha kala perpisahan SMP dulu sempet merekomendasikan sekolah perhotelan itu sebagai sekolah lanjutan mereka bersama, sambil berencana meneruskan hubungan kasih sayang mereka. Andai saja Rakha dan Rara dijodohkan disekolah itu, mungkin sekarangpun Rakha sama sekali tidak mengenal sosok seorang Biant. Dan cerita ini tidak akan pernah bermula dan berakhir sampai batas sini.

“Ra, sebelomnya Rakha minta maaf atas semua yang terjadi kini.. ini juga bukan kehendak Rakha,. semua diluar kendali Rakha. Rakha gak patut dicintai, karna Rakha bukanlah orang yang menepati janji!” dalam kediamannya, Lalu patutkah Rakha menyalahkan perekonomian keluarganya pada Tiara?? tidak! Ini bukan waktu yang tepat. Sebaiknya, ia pilih diam dan terus disalahkan. “sekali lagi Rakha minta maaf, Ra... Rakha gak bisa mengulang waktu, ataw menjadikan hidup Rara bahagia kembali bersama Rakha selama ini.”

Menjelaskan itu sama saja menyiksa batin Rara. Nyatanya, gadis itu hanya bisa menangis. Rakha sama sekali tak bisa berbuat apa apa. Selain menatap wajahnya

“Kita bisa mengulangnya lagi, Ka. Dari awal…” pinta Rara bersedih

“Enggak, Ra! Rakha gak mau mengulang kesalahan lagi. Kita masih pelajar, kita masih punya tanggung jawab untuk itu. Kita pun pastinya punya cita cita yang akan kita raih nantinya. Jarak ini, mungkin takkan lagi menyatukan kita. Yang ada, malah terus membuat kita selalu terfikiran. Apalagi Rakha sekarang tidak punya waktu luang untuk Rara.. sebaiknya kita focus dengan hari ini saja, bukan hari kemarin. Rencanakanlah hari esok, karna hari itu akan menjemput kita..”

“Rakha masih sayang sama Tiara, kan? Ini bukan perpisahan kan, Ka?”

“Bukan perpisahan, Ra. Ini juga bukan kata putus, tapi hanya keputusan yang musti kita ambil titik terangnya. Rakha berharap, kita jalani kehidupan masing masing dulu. Inilah jalan yang terbaik untuk sementara ini, Ra.

Jadi, jangan kita anggap hubungan ini serius dulu, karna kita takkan pernah tau kedepannya gimana? Rakhapun takkan pernah sanggup mengatakan janji apapun kecuali kenyataan nantinya yang akan memihak. Semua sudah ada yang merencanakan, bahkan jodoh kita nantinya.”

“Bukan karna ada yang laen, Ka? Rara liat banyak yang cantik cantik disitu”

“Percaya ama Rakha, Ra. Rara tetep yang paling cantik.. tentu Rakha akan mikir seribu kali, kalo mo ninggalin Rara demi mereka. Percaya dan gak ada satu pun, kecuali Rara!”

“Sampai kapan kita akan terus begini?”

“Sampai kita benar benar siap,.. hanya saja seperti komitment kita. Saat ini tak ada kata janji yang terucap. Kecuali sampai detik ini, Rakha masih sayang Rara!” kali itu Rakha memberanikan diri untuk menghapus air matanya yang di pipi. Tak perlu mengulur ulur waktu lagi, akhirnya Rakhapun segera pamit.

***

Rakha ini sebenarnya tipe cowok yang egois, ia takut akan kehilangan sosok wanita sempurna yang dimiliki oleh seorang Tiara. Ia pun sengaja membuat kesimpulan dengan tidak mengatakan putus demi kebaikan Rakha, supaya Rara tak mudah direbut orang banyak yang sedang mengincarnya. Pernyataan komitmen seperti kemarin hanya sekedar menutupi masalah dimata orang yang lebih Rakha sayangi. Yah, Biantlah alasan tepatnya. Agar Biant percaya jikalau Rakha tak memiliki hubungan special dengan siapapun. Kasarnya, Rakha memang munafik.

Lalu kenapa sejak awal, Rakha memperkenalkan Rara sebagai pacarnya? Yaaa, karna memang posisi saat itu status mereka masih resmi jadian. Emang gak bisa dipungkiri! Rakha hanya berniat dengan pengakuan jujurnya itu, agar saat itu ia terlihat tidak pernah lupa dengan janjinya yang dulu pada Rara.

Ingat, Rakha ini ingin jadi cowok yang bertanggung jawab dan terpaksa mengakui supaya iapun masih tampak terlihat setia. Lagian, saksi nya banyak. Kalo Rakha bohong sedikit saja, bisa bisa Rara yang mempermalukannya didepan umum. Damn it! He has no idea,.

Seandainya, Tiara tidak pernah datang, ataw Tiara datangnya agak telat, ataw sewaktu menyapanya dikala Rakha ama Biant udah resmi jadian bahkan lain lain dalam hal tanda kutip, mungkin semua masih bisa ditepis, masih bisa diatasi. Dan tentunya, Rakha sudah pasti tidak penasaran sampe segininya ingin merasakan kehangatan bersama pujaannya lagi. Bencinya, ia harus memulai kembali kepercayaan itu dari nol. Entahlah, apa kedekatan mereka seperti akhir akhir ini bakal terjadi lagi???

Jujur, sejak awal upacara sampai akhir. Pandangan Rakha memusat pada Biant sebagai protocol yang berdiri paling pojok di lapangan. Sementara Rakha sembunyi dibaris kedua setelah Dedi kurniawan. Biasanya, Rakha paling dikedepankan dari barisan karena postur tubuhnya yang mengesankan kalo dia lebih mirip unyil diantara cowok cowok lainnya. Kalo berada didepan, kan bisa keliatan ama tiang?

Kecuali hari ini, Rakha mau menghindar dari pandangan balik si Biant. Masa bodo dengan pidato pagi itu, masa bodo dengan lagu lagu wajib untuk sementara waktu, ia hanya ingin melihat ekspresi wajah Biant ketika baru kemarin tau, Rakha agak sedikit mengecewakannya. Bahkan persiapan ciuman mereka pun terhambat sementara waktu.

Usai berlangsungnya rutinitas upacara. Rakha berencana ingin menjelaskan stage berikutnya lagi ke Biant. Mudah mudahan, Biant masih bisa terpengaruhi. Sebelom keduluan dipengaruhi ama orang lain, termasuk seorang yang jadi ancemannya Rakha, si Emili. Meski Emili tidak tau permasalahannya, menurut feeling Rakha… nama nya tentu akan terlibat. Karna siapa lagi yang akhir akhir ini menjadi tameng Biant? Dengan jurus kegenitan Emili, mungkin waktu malah akan jadi lebih singkat!

Rakha telah berancang ancang ingin membicarakan masalah pribadi ini, tanpa harus orang lain terlibat. Parahnya, Biant nampak tak pernah ingin terpisah dari kelompoknya. Salah satu cara, adalah Rakha sendiri yang mencoba berani ambil resiko ini. Akhirnya Rakha bertekad bergabung dengan rombongan cowok cowok misterius demi maksud mendekati Biant.

“CIYEEEE,.. Ada yang baru jadian, neh?” anak anak pada heboh ngebahas kasus terbaru saat ini.

Rakha tak berkomentar, hanya menatap wajah Biant yang pucat tak karuan. Dingin, dan penuh emosi yang terpendam. Semua terlihat dari sikapnya yang tak peduli sama sekali. Selama Rakha berada disana dalam beberapa detik, Biant malah bangkit dan pergi begitu saja melewati sosok Rakha dihadapannya tanpa ada satu kata yang terucap. Bahkan, Rakha dianggapnya bagai tak lagi disisi. Rakha paham jika ia terluka, tapi tolong katakan apa maunya, agar Rakha bisa tau dimana letak kesalahannya yang perlu diperbaiki, dan bisa menjelaskan apa yang harus ditanyakan. Agar tidak salah paham. Bukan dengan cara diam seperti ini! Bahkan pukulan ini kerasa jauh lebih sakit dari benturan yang paling keras sekalipun.

Namun Rakha salah kaprah, bukan dia yang jadi tema ledekan anak anak kali ini, melainkan Arjunot yang senyam senyum sendiri menyambut hari bahagianya bersama anak lainnya yang masih tak menghiraukan Rakha. Sial, untung Rakha gak bersikap memalukan didepan mereka semua. Bisa fatal, reputasinya.

Rakha sadar, tidak hanya Biant yang menjauhinya kala itu, Tasya bersama rombongan, Rishaa bersama rombongan, Mohad bersama rombongan pun tak kalah senangnya menyebarkan fitnah, dan Corrie? Entahlah, ia juga sekarang rada diam semenjak Arjunot sama Melani dikabarkan resmi jadian.

Rakha berjalan lunglai mengarah ke kelas 2belas IPA. Dan disana melihat Ayuk Vidya yang lama sekali tak tau kabarnya, kini sedang uring uringan di meja belajarnya. Bahkan iapun terlihat bagai seorang yang patah semangat.

“Ayuk!” tegur Rakha pelan. “Apa khabar?” Vidya memandang wajahnya lalu menunjukan ekspresi sedihnya tiba tiba. Ada apa lagi disini?

“Semua berakhir, Ka! Ayuk bukan lagi siapa siapa bagi kak Joe. Barusan Ayuk putus dengannya. Ia telah mengkhianati Ayuk selama ini,..” Tak jelas maksudnya, tapi Rakha turut prihatin atas genangan air yang jatuh berhamburan. Bukan air mata saja, tapi air hujan juga yang deras mengguyur di luar lapangan.

Tak ada lagi tempat pelarian. Benar kata Vidya. Semua telah berakhir. Kenyataannya, sheet kali ini nampak bahwa Rakha memang pecundang besar, ia muak dengan semuanya. Tak ada yang pantas menilai kebaikannya lagi. Bagi mereka, keburukan sifat Rakha memang bukti otentik kalo semua manusia gak ada yang sempurna. Jadi, mungkin Rakha bukan lagi seorang idola, bukan keripik yang renyah dan misterius.. ia memang jengkol, jengkol yang bauuu.. siapa yang mau tahan dengan tipuannya?

Ketika Rakha mendengar bel waktu istirahat siang itu berakhir. Iapun kembali kekelasnya dengan perasaan yang tidak berubah. Ia mulai merasa kesepian, tak ada suatu benda yang paham maksud hatinya. Jangan kan manusia, bayangan dirinya pun seakan tak ada yang terlihat dan membuatnya patah semangat.

Tiba saja, Rakha terhenti di mading yang ada dikoridor dekat kantor sekolah, dipandangnya semua kata kata mutiara, atau cerita cerita lucu ataw atensi atensi unik semua bagaikan kosong. Namun ada satu puisi yang selalu dibacanya berkali kali, ia menatap artinya begitu dalam dan sekali lagi tak menghiraukan keadaan. Meski diluar masih diguyur hujan deras. Sampai jam belajar berakhir, Rakha sengaja pulang dengan kebasahan. Dan diantara kebasahan itu, air matanya menetes, bercampur dengan air hujan. Hanya dia yang tau bahwa ia menangis… yang lain tak peduli.

Andai aku debu,
Mungkin kau hanya berfikiran
Bahwa aku ini kotor.
Tapi tidakah kau berfikir
Bahwa aku hanyalah partikel partikel atom
Yang mempunyai kehidupan dalam suatu kelompok

Bila aku menempel dan mengusik ditubuhmu
Jangan pernah engkau salahkan aku
Salahkan angin yang membawaku padamu

Jika kau benar benar ingin menghapus jejakku
Maka membasuh aku dengan air bersih bagimu
Maka aku akan pergi bersama dengan aliran itu
Yang kan membawaku sejauh yang aku mau

(gue kutip dari status gue di FB buat orang yang pernah gue sukai
Dan sialnya, Orang itu yang nge like pertama kali…
Curhat dikit, wkwkwk.. mudah2an dia gak nyadar
Kalo gue ini masih seperti debu hohohoho,…)

Kamis, 09 Februari 2012

Cowok Keripik Jengkol

Mata Rakha sebenernya masih berat untuk terbuka. Tapi sekilas, ia melihat pandangan Biant mengarah padanya. Sangat, sangat, sangat mengganggunya tertidur kali itu. Hampir saja Rakha lupa kalo sekarang ia tidak sedang tidur sendiri dikamar pribadinya, melainkan kamar sahabatnya yang mewah super meriah. Sengaja ia pejamkan lagi mata itu, saking malesnya bangun. Namun bibirnya jelas sekali ingin berkomentar

“Elo gak tidur semaleman, Iant?” Tanya Rakha disela ngantuknya.

“Gue mimpi buruk, Ka! Gue ngimpi dicium orang tiba tiba... Eh, pas gue buka mata.. ada wajah lo disamping gue.. karna mimpi itu, gue sulit tidur lagi!” Rakha gak tau maksudnya, emang cerita soal mimpi ato ngeledek?

“Elo gak nyalahin gue yang nyium, kan? Toh, Elo sendiri yang nyuruh gue tidur disini?”

Sunyi sejenak, tanpa ada balasan kata lagi bikin si Rakha nyaris mulai ngelanjuti naek pesawat mimpinya, namun si pilot bilang gak jadi take off, gara gara ada calon penumpang protes mo menghentikan penerbangan, sebab hari sudah mo siang.

“Elo gak sekolah hari ini, Ka? Udah pagi..”

Ocehan Biant bikin Rakha gak jadi berencana berangkat ke India. Matanya, tiba tiba membelalak terbuka lebar. Dalem hatinya ngedumel gak jelas, saking keselnya gak bisa kembali tidur nyenyak. Maklum, kebiasaan bangun pagi.

“Gue udah minta izin” Jelas Rakha masih dalam kondisi kurang sadar. Mentang mentang udah tau bakal gak masuk hari ini, tetep susah kalo mo bobo lagi. Meskipun dipaksain.

“Izin ama siapa? Setau gue elo tidur sedari tadi, kapan lo ngomongnya? Dalem mimpi, Bisa?!”

“Kemaren, Bego’.! Elo udah sembuh, ya? Perasaan gue elo makin parah dech! Banyak ngomong nya…” Rakha langsung pindah posisi berbaringnya ke hadapan yang berlawanan dari Biant. Suaranya tetep bikin berisik.

“Ka, bikinin gue sarapan dong.. kan elo master chef paling handal” rengek si Biant. Namun lagi lagi ia memintanya dengan sikap kolotan yang bikin Rakha benci. Karna, gak tega menolaknya. Di tambah, si Biant berlagak mo nindih badan Rakha diatas kasur. Kontan si keripik langsung berontak dan berusaha bangun dari tidurnya, ia paling anti dipeluk peluk gak jelas ama orang yang gak jelas pula.

“Eh saraf, kalo mo minta ya minta aja, jangan asal memperkosa gitu dong!” sangkal Rakha lalu menghindar jauh dari ranjang sambil merangkul tubuhnya sendiri.

Biant ke heranan “Siapa yang memperkosa?? Elo yang saraf! gue tuh cuma mo minta dibikinin sarafan, makanya bangun dulu.. jadi telianga tuh bener bener dipasang!”

“Sorry! Lo mo dimasakin apa?”

“Nasi goreng ama omelet,. Yang special, gak pake lama!”

“Itu mah, gampang.” Kata Rakha belagu jentikin jemarinya “Eh, apa gak kepagian? Diluar, langit masih gelep?” Rakha pun tersadar.

“Gimana gak gelep,.. sekarang aja masih jam lima subuh!” Biant menjelaskan

Kontan si Rakha melongok, “HAH!” iapun hendak mo loncat ke kasur lagi, ini kan belom jamnya bangun.. kenapa harus bangun? tapi keburu dihadang Biant, cowok manis itu gak bisa tidur se nyenyak Rakha, sebab dari tadi Biant emang nunggu detik detik Rakha bangun buat ngatasi rasa lapernya. Berhubung Rakha nyadar kalo disini ia sekedar numpang, akhirnya mau tak mau ia harus bergegas memenuhi keinginan sang pemilik rumah.

Sambil nunggu nasi mateng di rice cooker, Rakha sempet nyuruh Biant olahraga dulu. Do’i kan baru sembuh dari sakit, emang wajib kalo memanfaatkan pagi yang cerah ini dengan banyak banyak beraktivitas yang bisa menyehatkan tubuh. Bukan berleha leha nonton tivi sambil ngemil snack??? Dasar pemales! Batin Rakha kesel. Emang gitu kali, sifat dasarnya

“Lama bener sih, berapa lama lagi nih?” Ujar Biant nge Bos sambil maenin bb. Lagi lagi, Rakha curiga dia lagi Bb ataw smsan sama Emili. Takutnya, perhatian si keripik jengkol ini bakal di manfaatin. Jangan sampe deh, amit amit..

Selang setengah jam kemudian, Rakha baru selesai bikin fresh cucumber juice ama omelet vegetables. Bentar lagi, nasi goreng specialnya bakal jadi, neh! Sabar ya Biant! Sialnya, prepare an Rakha kalah cepet sama langkah si Bapak tukang kebun yang kemaren ditemui Rakha di halaman depan. Si tua bangka itu ngebawa bungkusan bubur ayam khas pake gorengan ala macemnya.

“Makasih, Pak!” Ucap Biant ke Bapak itu. Ia seakan senang sendiri dengan sarapan yang baru saja di belinya di jalan dan lebih praktis, ketimbang icipi hasil masakannya Rakha yang super lemot.

“Loh, nasi gorengnya???” kilah Rakha kecewa berat

“Entar aja, buat jam delapanan! Makan bubur dulu gih, enak lo!”

“Tau darimana si bapak bawa dua bungkus bubur.? Nih! Kemaren lo kan nanyain timun buat apaan? Nih gue bikin juice!”

“Gue yang sms, abis nasi lo kelamaan. Gue tuh nahan laper dati tengah malem buta! Ekh, Minum timun enggak becek, Ka?! Koq rada kecut? Diapain timunnya?”

“Gue mix ama jeruk lemon! Seger kan? Buat panas dalem!” terang Rakha pede

Saat matahari mulai meninggi, tiba tiba si Biant ngajakin berenang dikolam samping rumahnya. Rakha nolak bukannya malu buka bukaan, tapi ia malu karna gak bisa berenang! Apalagi kedalaman kolam mencapai dua meteran, jelas bukan kesempatan bagi pemula seperti Rakha ini.

Lagian, Ngeles nya Biant baru aja sembuh dari pilek. Jadi Rakha melarang keras berenang pagi itu. Namun yang namanya Biant emang gak bisa di kasih petuah, yang jadi kehendaknya udah harus dilakukannya. Alhasil, Rakha cuma jadi penonton yang setia nemenin dia mandi berputar putar di area kolam.

Biant nunjukin aksinya berenang dengan beragam gaya yang dia kuasai, gak pake baju atas, hanya celana ketat yang nunjukin kalo dia bulge. Wuiih gede banget.. nih, pikiran si Rakha lagi ngayal gimana sampe Biant asli bugilnya? Baru segitu, tapi si adek kecil Rakha kayaknya juga ikut ngerespon,! Xixixi,.. bukan ngeliatin ke ahliannya, sih! Maklum, mata kanji!

Usai keciplak kecipluk di kolam air raksasa, Biant akhirnya nepati janjinya mo makan nasi goreng buatan Rakha. Dan menjelang siang, Rakha langsung pamit. Ia gak mungkin bolos kerja hari ini, karna masa konpensasi hanya diberi waktu satu hari. Well, mau gak mau, mereka harus berpisah. Rakha imut udah ngiket tali sepatu ama atasannya lengkap dengan seragam sekolahnya seperti dandanan semula ia datang, begitu pula ketika ia hendak pulang. Tidak ada lambaian tangan, ataupun cium tangan, apalagi sampe cium pipi! NgooooaaaKK!!.. mo bikin si bapak tukang kebun melongo??? Enggak dong! Sikap perpisahan mereka netral aja, bahkan gak ada yang senyum sama sekali.

Esok paginya, Rakha berangkat kesekolah dengan perasaan yang tenang, dan berjalan dengan gaya santai tanpa harus kepikiran ia akan di ganggu sama anak anak lain yang biasa pada ngurusin masalah dia. Cuaca kali itu kayaknya cerah banget, meski ini hari sabtu. Dan pertanyaan paling penting, utama, dan di nomer satukan hari ini, Biant masuk sekolah gak ya? Nanggung sih, harinya. Mudah mudahan cowok manis itu masuk, xixixi.. kangen,.. wkwkwk… baru semalem ditinggal, jadi malu deh! Ssst,. Yang tau aja… hehehe..

Zreet!,.. tiba saja, sebuah tangan melingkari dan membebani bahu Rakha diperjalanan. Tidak ada kata sapaan “Hai!” ataw “Hello!” ataw kata basa basi lainnya. Dan orang usil yang merangkul Rakha rada malu malu kali ini, gak usah ditebak! Udah pasti si Biant dan kebiasaan buruknya yang biasa penuh kejutan deh! Ia belagu gak mo noleh ketika Rakha berusaha mencuri curi pandang ke wajahnya. Bikin Rakha tersenyum geli ama sikap nya yang mendadak aneh, Biant pun ikut tersenyum karna dia sendiri masih canggung terlalu deket ama seseorang yang dulunya hanya bisa dilihat dari jauh, kini bisa sedekat ini.. lucu, gak? Mereka tertawa santai dan berjalan beriringan menuju ke kelas secara bersama

***

“Pada senyum senyum kayak lagi pacaran aja, Kalian berdua ini??” si Corrie menyeringai “Pas banget, dah!”

Kontan, si Biant ngelepas rangkulannya tiba tiba. Udah jelas, Biant gak mo di pandang orang sebelah mata. Padahal Rakha baru aja ngerasain kehangatan yang sebenarnya, setelah tadi diguyur air dingin ketika mandi. Dasar Combrang! Nge nganggu aja!

“Kenapa kemaren gak masuk? Peer banyak, tau!”

“Mo tau aja, urusan orang..” bantah Rakha, ia sudah terbiasa diledek cowok sinting itu. Jadi jangan terlalu di gubris dengan pertanyaan yang menjebak, kalo gak mau tambah runyam.

“Lo kenapa nyariin?” Tanya Biant ke Corrie kemudian.

“Elo udah sembuh, Iant? Tapi kalo gue liat,.. gak parah parah amat fisik lo?” kata si Combrang lagi sambil mikir. Sok detective!

“Eh, nih undangan kalian berdua..” sambung Arjunot datang tiba tiba.

“Siapa yang nikah?” Tanya Rakha sok bego’

“Party B’day nya Tasya,.. buat besok jam 12an. Ngumpul ya, jangan enggak!”

Langsung si Corrie ketawa “Gue suka kalo denger kata ngumpul, paling nonton bokep lagi,.. wakakakak..”

Arjunot, Biant ama Rakha mengernyitkan dahi sambil mandangin orang sinting itu.

“Loh, enggak seru ya? Gue malah penasaran ama video bokep gay Melani. Diantara duo cowok itu belom kita liat kan, siapa yang nembak. Wakekekek.. bener bener misterius kalo gak nonton ampe full. Gue rasa yang tubuhnya kecil tapi anunya gede yang bakal jadi bottom?ataw malah yang tinggi kurus anunya panjang heheeheee,.. gak jelas!”

Arjunot langsung bereaksi “Elo nafsu banget ya, kalo liat kon*tol. Mo diterusin gak? Yok, elo liat kon*tol gue.. terus lo isep, ayoook!” paksa Junot bikin ekspresi Corrie ngeri banget. Asli, bikin dia kapok ngomongin masalah gituan.

“Ajak ke toilet sekolah aja, Ar.. biar dia tau rasa!” Rakha nambahin

Corrie keliat meringis karna ditarik tarik Arjunot keluar ruangan secara paksa, yang belom tau niat mereka serius atawa enggak! Yang jelas, Corrie mati matian minta Biant nolongin serta bela in dia. Jangan ngarep Biant bakal bergerak, hehehe Biant kan gak punya selera ama cowok setengah jadi gitu.

“Udah sembuh, Iant?” Tanya si Tasya. dan bergabunglah si Melani ama Emili.

“Udah..” jawabnya simple, masak harus ditambah keterangan kalo jus buatan Rakha mujarab banget, bisa mati keheranan ketiga cewek itu.. jadi, hanya Biant aja yang tau!

 “Eh, bentar ya. Gue mo keruang kepsek” ujar Emili berpamitan.

“Gue temenin, Mil?” tawar si Melani baek ati

“Gak usah, bentar aja koq” abis itu Mili keluar kelas, Arjunot sama Corrie juga belom balik. Jangan jangan si Corrie bener bener di perkaos di toilet anak cowok.

Rakha standby di bangku nya sambil maenin ballpoint miliknya.

“Besok kalian jangan gak datang kerumah gue. Lo juga, Ka!” Tasya ngingetin “Eh, mumpung Bu Nazwa belom dateng, kita main Wheel yok. Aturannya, kita puter pena ini searah jarum jam. Kalo mata penanya mengarah ke elo, artinya lo harus lakuin sesuatu ataw enggak, jujur! Hanya ada dua pilihan.. setuju?”

Rakha ama Melani antusias sementara,

“Gak maen akh!” Biant nolak.

“Ayolah Biant,.. untuk ultah gue yang ke 5belas.” Tasya pura pura memelas sampai menunggu Biant manggut bertanda setuju.

“Mulai, yah! Elo dulu Tasy yang muter nya” Rakha mengusulkan

Tap! Detik kali itu, si mata pena mengarah ke Rakha. “Koq gue?”

“Nah Lo! mo true or do something? Sportif ya!” sekali lagi Tasya kegirangan

“Do somethin’!” jawab Rakha pasti, tapi masih rada takut.

Mereka bertiga berdiskusi gak jelas. Gak lama kemudian “Keputusannya, elo harus ketawa kayak orang gila selama lima menit.”

Rakha langsung protes “Engak gak gak! Kelamaan 5 menit, satu menit aja!” Rakha melambaikan tangannya.

“Gak bisa, kan tadi perjanjiannya harus sportif” sangkal Biant.

“Yaa,. Gak ada yang lucu.. apa yang mo diketawa in??”

“Biant!” tereak Melani mengomandani, Biant kontan bersigap “Kelitikin!..” Biant to the point nurut perintah atasan, sebagian hatinya juga seneng bisa ngerjain Rakha.

Asli, Rakha mati mati an nahan geli sampe terpontang panting dilantai. Gak sampe satu menit, Rakha keburu marah marah minta berhenti. Alesannya bisa ngurangin nafsu makan. Sementara mata anak sekelas tertuju padanya. Pemandangan yang jarang terlihat, sih. Jadi, siapa yang mau melewatkan nya,..

“Karna lo korban, jadi lo berhak muter.” Usul Tasya.

Rakha ngucap beberapa mantra penangkal. Begitu diputar, mata pena ngarah ke Rakha lagi. Oh Sh88888t,.. “Gue tadi udah, enggak sah kan?!!”

“Salah sendiri, gak ada yang mempengaruhi si pena, elo sendiri lagi yang muter!”

“Gak bisa gak bisa gak bisa! ada kecurangan ni,.. gak adil. “

“Gak ada pilihan, elo musti jujur!”

“Gue curiga, permainan ini emang khusus buat gue!” Rakha tampak menyesal “Jangan yang sulit sulit pertanyaannya..”

“Gampang, kok! Mengapa lo lebih seneng diem?”

“Kenapa gue diem? Karna gue gak suka ribut!”

“Standard deh, jawabnya..” bantah Melani. “Gini deh, permintaan kita, besok besok lo gak boleh nyimpen rahasia sama kita, jadi kalo ada yang perlu lo tanya in, yah silahkan lo tanya, jangan sok kepinteran!”

“Intinya, lo harus lebih terbuka sama kita kita, iya kan Mel? Gitu kan maksudnya?” Biant mengklarifikasikan.

“Sama aja do something! Double dapetnya,” Rakha ngambeg total.

Kesempatan berikutnya, Rakha mulai muternya sekuat tenaga. Dan berhenti tepat mengarah ke Tasya. si mungil itu sempet mengeluh keberatan.

“Do something” katanya jelas.

“Gimana kalo jam istirahat ini, elo yang traktir??” Melani langsung semangat tanpa berdiskusi lagi. Namun, setelah dipertimbangkan, ide Melani keren juga, menghemat jatah “Gak apa apa, deh. Kalo Cuma neraktir bertiga”

Tasya hanya bisa memelas lagi tanpa gairah, tapi yang harus ditentukan disini memang harus dilakukan. Ia gak mungkin mengingkari kesepakatan! Suing suuiiing suuuuuiiiiinnnngggg,…. Zreeet,..! mata pena menunjuk ke Biant kali berikutnya.

“Khusus buat Lo, jujur aja!” penggal Melani mantep.

“Curang, kok gak ada pilihannya?” protes Biant. Rakha ampe kasian liat ekspresi nya di eksekusi mati.

“Ada gak, cewek yang elo taksir dikelas ini??” lagak Melani kayak menginterogasi tersangka pembunuhan..

“Gak ada!” jawabannya terdengar pasti. Parahnya, kenapa tatapan Biant malah kearah Rakha?? “Gue sebenernya suka ama Rakha!” tambahnya begitu jelas dan ngawur, seperti sebelumnya telah membaca isi hati Rakha yang tentunya berharap jawaban demikian.

Rakha bengong, “Jangan lo bilang suka Iant kalo sebenernya hati lo masih belom mantep. Masalahnya, gue pernah kejebak ama omongan lo sampe gue mulai merasakan perasaan yang terlarang ini. Tapi, kalo emang elo suka ama gue, kenapa harus mereka yang tau?” kali itu batin Rakha beragument.

“Seriiiuuusss, Biaaannt…. ada enggak?” rengek Tasya penasaran. Masih menguji keseriusan tatapan wajah Biant. Mungkin yang diharap Melani sama Tasya ini adalah kejujuran sikap Biant pada Emili. Pasti itu motifnya! Bukan omongan kosong yang barusan di ucapnya, seperti sengaja mengalihkan topic pembicaraan. Padahal cuma Rakha yang bisa ngebaca keseriusan mata Biant sebenarnya. Dan Rakha masih malu malu menanggapi ataupun bereaksi. Takut salah paham sama anak anak laennya. Anggap aja angina yang berlalu, ibarat aroma kentut yang busuk

“Gak ada, kan tadi udah gue bilang!” Biant mengulang dengan rada sebel. Untung ia tak mengucap rasa sukanya ke siapa, dua kali. Bisa jadi perbincangan hangat kaum gossipnisme. Dan untungnya lagi, mulut serta telinga Melani sama Tasya gak sama kayak anak lainnya. Mereka tidak mengumbar obrolan kecil serta tidak suka membesar besarkan masalah privasi orang.

“Sekarang giliran gue yang muter” potong Biant mengatasi ketegangan.

“Permisssiii,.. bu Nazwa lagi dijalaaan,..” tereak Emili mengumumkan.

Otomatis, anak anak pada berhamburan dikelas mencari tempat duduk masing masing. Termasuk Biant, Melani sama Tasya yang secara spontan bereaksi paling cepat. Apalagi Bu Nazwa dikenal punya insting. Ia tau persis dimana siswanya musti standby dibangkunya sendiri, kalo sampai gak keliatan. Jangan harap namanya bisa dianggap hadir di laporan pribadinya.

“Kalian dari mana?” Tahan Bu Nazwa begitu nyampe diambang pintu dan disusul Arjunot sama Corrie yang terlambat masuk kelas tanpa rasa bersalah.

“Abis dari toilet, Bu” jawab Corrie grogi campur nestapa.

“Ketoilet aja berduaan? Kalian kan anak cowok yang baru beranjak dewasa, apa yang laen gak curiga?” Bu Nazwa lalu mengompori murid sekelas yang tadinya sunyi jadi ketawa keras membahana.

Keliat muka Corrie ama Arjunot dibikin malu dulu sebelom dipersilahkan duduk.

“Iya, enggak anak anak?” sekali lagi bu Nazwa minta pendapat murid yang ada di dalem kelas “Kalo cewek berduaan ke toilet, ibu masih bisa maklum! Tapi kalo dua cowok kayak kalian minta izin lagi, Ibu pasti gak akan kasih. Mengerti!”

***

Jam istirahat, Tasya mengintruksi tiga personil yang tadi pagi sempet maen wheel. Untuk datang ke warung secara masing masing, biar yang lainnya gak pada curiga ama akal bulusnya. Masalahnya, Tasya gak bawa duit banyak. Takutnya yang laen malah pada iri kalo ketauan neraktir anak hanya sebagian.

“Hei, kesini..” panggil Tasya dari kejauhan. Iapun sudah nge reservasi bangku buat orang lima an. Biant sama Rakha pun nimbrung dengan Melani, Tasya ama Emili.

“Sorry, udah gue pesen yang sama, bakso ikan ama the botol.” Kata Melani bisik bisik.

“Ka, lu udah denger kabar pagi tadi?” kontan Emili mengawali topic yang menegangkan.

“Gue gak hobbie nonton gossip!” bantah Rakha kantep.

“Emang ada apaan, Mil?” Biant penasaran.

“Karishaa putus!” lanjut Emili simple.

Spontan mata Rakha ama Biant saling berpandangan terpaku. “Apa urusannya ama gue? Gue gak peduli!” Rakha mengalihkan tatapan.

“Kalo dia putus karna elo, Ka?” nada bicara Biantpun berubah aneh kedengerannya.

Rakha bukannya gak mo nanggepin masalah ini. Tapi, apa mungkin??

“Gue tetep gak akan peduli! Karna rasa sayang gue sudah ada yang miliki!” kali itu mata Rakha tertuju lagi tepat ke mata Biant. Itulah kepastiannya! Itupun, seandainya Biant mengerti dan bisa ngebaca isyarat hatinya Rakha. Sementara yang laennya, gak mungkin curiga ataupun ada yang percaya kalo virus gay itu sudah menyebar kemana mana, bahkan  sudah mulai ada di sekolah itu. Beruntung deh, si Rakha gak langsung dicurigai, meski Biant rada sedikit mengerti maksud tatapan itu.

“Tapi Ka!” Tasya kembali bikin mata Rakha memutar kearah cewek cewek itu. “Bukan gossipnya, elo sama Rishaa emang pede katean gitu?”

“Gue konfirmasiin sama kalian, kalo gue sama Rishaa hanya berteman! Titik! Gak ada perasaan laen. Walaupun sekarang dia udah putus, gue tetep gak mau!”

Ocehan Rakha ngebuat empat orang lainnya bengong serta telinga telinga yang gak masuk itungan pun mulai terpasang lebar. Artinya, bentar lagi isu hangat edisi terbitan majalah dinding sekolah bakal beredar luas. Tunggu aja berita hebohnya!

Menjelang siang itu, konsentrasi Rakha buyar! Gak ada siapapun yang mengerti tentang dilemanya. Kehendaknya mau kemana? Bahkan tujuannya masih bimbang kearah mana? Kepikiran tentang pernyataan Biant yang tiba tiba bilang suka padanya. Andai itu benar, kenapa tidak kemarin saja ia katakan, malah saat itu adalah peluang besar. Tidak untuk di beberkan seperti kejadian barusan. Kalo sampe ketauan? Mustahil semua bisa terima keadaan. Perasaan kayak gini hanya pikiran mereka yang terbuka saja yang berhak tau. Sementara orang lain belum tentu berpendapat sama. Masih mo berani mengatasi resiko pro dan kontra? Sama aja berani di eksekusi mati sesungguhnya!

Tentang perasaan yang mulai terbuka? Yup! Namun belom pasti, karna belom ada tindak tanduk dari masing masing pihak. Mungkin keduanya sudah saling menganggapnya mengerti.  Tapi jangan bangga dulu, mereka belom jadian secara resmi. Rakha pun sempet berfikiran akan mengadakan pertemuan secara intensif bersama Biant di suatu tempat untuk membahas soal perasaan yang bikin hatinya was was sedari pagi. Kalo emang kedua cowok itu ngerasa cocok, mungkin dunia akan tertawa!

Ketika jam pulang, Rakha berniat menyatakan detik itu juga. Ia bela belain nahan Biant ketika yang lainnya sedang berhamburan keluar.

“Gue mo bicara ama lo, Iant”

“Serius amat, Ka? Ada apa?”

“Rakhaaa!!” tiba saja suara Rishaa mengganggu kedamaian antara keduanya. Rishaa lalu melangkah dengan lari kecilnya mengejar diantara pemukiman mereka. “Lo bisa temenin gue beli kado buat Tasya?”

Biant menatap kedua mata Rakha “Mending lo anterin dulu Rishaa, gue siang ini ada latihan upacara. besok datang kerumah Tasya, kan?”

Rakha manggut dengan pelannya.

“Entar siang gue jemput kerumah lo, kita pergi barengan aja. Okey?!” katanya sambil menepok pundak Rakha.

“Yah!” Rakha tersenyum memandang Biant yang berlalu meninggalkannya lebih dulu. Namun dibalik tubuh yang cuek itu pula, Rakha bisa ngerasain kalo hati Biant juga lagi seneng seperti hatinya sekarang dan terlihat tersenyum nya pula dari kejauhan. Ketika Rakha hendak berisyarat pamit dengan Rishaa pun, Biant masih terus menatapnya dari kejauhan. Dan semua setuju kalo siang itu Biant keliat aneh, karna lambaian tangannya ke Rakha seorang disela sibuknya jadi protokol. Rakha hanya nyengir bajing!

***

“Gue gak bisa lama lama, Rish..” jelas Rakha yang kerasa udah mulai bete nemeni dia keliling per etalase yang menjual beragam aksesoris unik disalah satu counter khusus kado.

“Gue tau. Lo mo kerja, kan!” tebak Rishaa, namun sikapnya masih santai seolah tak terbebani.

“Nah itu lo tau?? Kenapa masih lemot sih?” batin Rakha gak sabar.

“Yang ini bagus gak Ka?” Rishaa tiba tiba nunjukin sebuah boneka beruang pink lagi megang kendi madunya. Ukurannya cukup besar, itu yang menarik perhatian Rakha sedari tadi.

“Kenapa lo minta gue yang milihin?” Rakha keheranan

“Sebab lo sangat mengenal Tasya, gue baca semua isi bindernya, kalo kalian berdua sudah pernah kenal sebelom sekolah dimulai. Sekarang pun kalian masih akrab! Jujur, sekarang pun gue masih iri dengan persahabatan kalian.”

“Lo baca apa?”

“Tasya punya perasaan suka sama lo, Ka. Sejak pertama kali bertemu.. ia menyimpan perasaan itu sampai pada akhirnya ia sendiri kemarin menjelaskan kalo ia sudah ditolak ama lo, gue..”

“Lo putus bukan karna gue kan, Rish?” Tanya Rakha disela ocehannya yang belom selesai.

“Tasya bilang kalo Elo tidak menyukainya, gue tadinya berfikiran untuk tidak jadi penengah diantara cinta kalian. Tapi gue salah, gue sadar kalo tindakan gue menerima cinta Mohad itu salah besar. Semestinya gue tanya ke lo dulu, tentang perasaan lo ke gue. tanpa harus peduli perasaan siapapun, walo agak egois. Gue nyesel, Ka!”

“Rish, gue sebenernya tidak ingin menyakiti hati siapapun! Tapi untuk saat ini, gue belom bisa berbagi hati dengan siapapun.”

“Alesannya??”

“Lo bakal tau sendiri..”

“Gue akan terus nunggu lo, Ka. Sampe akhirnya elo jujur!”

Lagi! Sekali inipun Rakha ketiban ancemannya, ia tak tau harus milih ke siapa sekarang? Segala macem pintu seperti jendela, pintu depan, pintu belakang, ventilasi, ruang rahasia, bahkan lubang besar, lubang kecil semua peluang terbuka lebar untuknya. Ia sebenernya bebas melangkah demi mencuri apa yang di incarnya. Tapi denger sendiri, kan. Kalo Rakha tak ingin serakah, ia tetap berusaha tak akan menyakiti hati siapapun, termasuk Biant.. meski ia seorang cowok. So, what about his choise??? Waiting for the next sheet.. X. O. X. O. the gossip boy wkwkwkwk,….

“Yang ini mbak! Dibungkus kado sekalian, ya!” Pinta Rishaa ke kasirnya. Sedang Rakha masih sabar menunggunya hingga mengantarnya pulang tanpa menyinggung perasaan siapapun. Ia kembali jadi Rakha yang pendiam.

Kamis, 02 Februari 2012

Cowok Keripik Jengkol

Rakha masih kurang percaya atas apa yang telah didengar dari bibir Erica yang mengatakan bahwa Rishaa udah resmi jadian. Si keripik itu pun kembali ke bangkunya dengan sikap rada memelas setelah diusir mentah mentah sama partnernya Rishaa, Erica. Jahat banget, sih! Bahkan, ia bisa meramal bahwa Corrie pun akan mati matian meledeknya karna kalah taruhan. Tuh kan, apa yang barusan Rakha prediksi in bener, Corrie gak henti hentinya ketawa.

Tidak ada yang bisa Rakha lakukan sekarang. Iapun lebih berinisiatif keluar kelas dan memutuskan absent di jam belajar bahasa inggrisnya, sama sekali gak tertarik buat nerusin pelajaran yang sedang berjalan sekarang. Makin memuakan melihat pemandangan sekitar, dan makin gak betah!

Ia berjalan di selasar luar ruangan dengan pandangan kosong, mo kemana? Di warung, pasti ketauan. Perpus? Udah bosen, dimana lagi?? Gak ada ruang ekstra disekolah ini, itu ituuu… aja. Males! Dan Akhirnya, Rakha menemukan sebuah tempat yang nyaman buat pelarian sesaat. Di ruang terbuka di seputaran toilet, rada bau tapi lumayan bisa bikin tenang. Jauh dari kebisingan.

Rakha kemudian bersandar pada beton pembatas sumur. Ia duduk terkapar diatas tanah kering. Gak peduli kalo celananya bakal kotor, yang penting enjoy! Dan rupanya angin yang berhembus disini sangat bersahabat, Semilirnya gak pernah berhenti serta bisa membuang aroma hasil limbah toilet yang tak sedap ke arah yang berlawanan.

Jujur, Rakha tetap merasa kecewa dengan pilihan Rishaa tanpa berfikir panjang sebelum ambil tindakan terlebih dahulu. Minimal diskusi dengan sahabat sendiri, kek. Selama ini Rakha dianggapnya apa? Malah bukan sebagai teman curhat! Aneh banged, Jelas jelas Mohad itu bodoh! Apa karna Mohad anak orang borjuis? Ataw selevel karna peringkatnya yang tak jauh beda? Terserah lo, lah Rish,.. Rakha gak mo ambil pusing! Itu semua sudah jadi pilihan lo, udah jadi resiko lo dapet calon laki kayak gitu. Parah!

Tapi kenapa efeknya Rakha masih galau? Jealous? Gak juga! Mungkin kesel aja. Jadi cewek pun, ada juga yang bisa munafik. Intinya gak ada manusia di dunia ini yang bisa dipercaya. Titit! Kurung, Ekh,.. huruf belakang ganti “K”.. yang punya jadi pada tersanjung,.. bukan tersungging. Tutup kurung!

Yang sekarang jadi pikiran Rakha, hanyalah Biant. Cuma dia satu satunya harapan Rakha yang masih setia, walao gak jelas pilihannya sekarang ke siapa? Emili? Rakha sedikit khawatir, kalo saja Emili sampai ngerebut perhatian Biant dari Rakha. Yah, Rakha tentunya gak bisa berbuat apa apa, hanya bisa pasrah!

Warning, Emili punya sesuatu yang tidak dimiliki oleh seorang Rakha. Yaitu kecantikan dan payudara yang besar.. lumayan bisa bikin pelor Biant nganceng kalo lagi deket deket. Ya ampuun, Mili itu genitnya bukan maen,. Kalo emang Biant seekor buaya yang ingin kembali kelubang sarangnya, mudah mudahan Emili bukan tempat sesungguhnya. Masih banyak perempuan perempuan normal atau janda janda kembang laennya diluaran. Jadi jijik, lama lama mikirin si Emili.. ngak tau kenapa?

Gak terasa, setelah cukup lama khayalan Rakha melambung bersama gelembung gelembung sabun yang berterbangan ke atas langit. Ia masih saja bermukim pada posisi awalnya, sama sekali tak tergerak kemanapun sampai jam istirahat terngiang. Rakha ngerasa, ia telah berhasil bolos kali ini. Samar samar, beragam bunyi keramaian telah membanjiri halaman sekolah. Entah kenapa lagi, Rakha masih bete? Ia letih sekedar berdiri, apalagi sampe berjalan mencari makan… gak nafsu!

Pandangan Rakha terganggu oleh sesosok bayangan perempuan yang terpantul dari datangnya sinar mentari. Tiba saja Rakha mencongak ke atas. Ia ngeliat sosok Tasya sedang berdiri disampingnya sambil ngos ngosan mengatur nafas.

“Lo abis Lomba meraton darimana?”

“Sinting lo, ya! Gue abis muter muter nyariin lo!” masih dengan nafas yang tersengal.

“Nyariin gue? Emang Pak Eko nanyain?”

“Pak Eko? Enggak nanya sih. Gue cuma denger kabar dari anak anak kalo Rishaa udah jadian sama Mohad. Lu gak apa apa, kan?!”

“O, gue udah tau. Jadi, lo nyari gue cuma sekedar ngasih informasi yang gak penting doang?”

“Gak penting? Rishaa itu bukannya gebetannya elo? Lo gak patah hati.”

“Gak taulah, males banget mikirin dia! Meski gue tau dia masih punya rasa, tapi sampai kapanpun gue gak bakal terima cewek bekas!”

“Ati ati kalo ngomong,.. elo gak malu kalo nanti ketiban karmanya!”

“Biarin! Eh, kemaren Rishaa nyari in elo. Katanya mo balikin binder. Sudah?!”

“Udah kemaren, dia cuma mo nyatet…” Toeeng, Tasya seakan teringat sesuatu “Ya ampuuun, di binder gue.. gaswat! Rishaa pasti salah paham!”

Kontan, setelah Tasya ngucap kata terakhirnya. Ia kemudian ngacir terpontang panting seperti ngejer tukang es krim yang ketinggalan jauh. Tanpa pamit! Kayaknya ia lebih ambisi ngurusin soal binder ketimbang Rakha. Sempat ia menabrak Biant di jalan , dan si hantu itu berkata “Udah ketemu,..”

“Tuh dia,..” Tasya nunjuk melalui bibirnya yang dimonyongkan. Kemudian lanjut lari lagi.

Giliran Biant yang menghampiri Rakha dengan sigapnya yang kerasa aneh, tampangnya serius banget, seakan bukan Biant yang Rakha kenal, lebih seperti boom atom yang siap mau meledak ledak. Keliatannya, Ia sudah terlanjur geram sama si keripik itu.

Rakha bangkit dari tempatnya duduk, kini tinggi mereka nyaris sejajar, keduanya terpaksa saling berhadapan, serta tatapan keduanya pun tak terputus dari kontak. Saling menangkap isyarat yang mengembara, rasa yang tak kunjung terbuka. Terpendam dihati, namun terpancar di sinar mata.

“Lo jangan biasa in ngilang di jam belajar! Kelakuan lo bikin kita kita panic, lo bisa gak bersikap wajar, dan bukan bersembunyi kayak anak kecil.”

Entah ada urusan apa, tiba tiba tu cowok misterius meluapkan emosinya dengan selera dan maksud serta tujuan yang gak jelas? Rakha udah terlanjur sebel sama sikapnya yang sok peduli, sok ngatur, sok ini itu, dan terakhir, sok nyampuri urusan orang.

“Emang, lo siapa?” singkatnya, Rakha membuat Biant tersuntak pedas.

Omongan barusan bikin batin Biant menggelegar. Kontan ia terdiam. Tak sekalipun terdengar bantahan langsung. Kejujurannya mulai tertantang. Ada tambatan hati yang tak wajar bila dikatakan, bibirnya hanya bisa bergetar, giginya geratakan, genggaman tangannya semakin menguat. Tatapannya serba salah dan mengarah tak tentu, antara marah, kesal, benci sendiri atau apalah. Yang jelas, ia tak berani melirik ketajaman bola mata Rakha Ia mencoba mengalihkan segala yang membuatnya makin benci untuk mengakui ini,.

Begitu lama menunggu prosesnya berfikir. Rakhapun masih diam menunggu detik detik pengakuan. Dan parahnya, Biantpun mengakhiri perjumpaan itu tanpa ada kata pisah, hanya bergerak melintas saja yang mengisyaratkan kalau kini, ia pergi dan melupakan segalanya,..

Rakha baru bisa menghela nafasnya dengan bebas, dan berusaha menetralitsir degup jantungnya yang berdebar diatas kecepatan normal. Aneh, kehidupan nyata ini bagai membawanya mengarungi samudera lepas. Lelah tadinya, namun teratasi meski agak sulit.. Jujur, jika berhadapan seperti tadi dengan emosi yang tak wajar, Rakha semakin takut. Takut akan adanya rasa sayang yang berlebihan.

“Kenapa lo gak jujur saja, Biant… percuma lo pendam! Isi hati lo selamanya tak kan pernah jadi berlian, mutiara ataupun intan. Hanya akan jadi daging busuk yang tertelan dalam mulut kerang dan terbawa mengikuti arus deras lautan.. gak akan pernah sampai pada tujuan, ingatlah itu!”

***

Sudah begitu lama waktu terlewatkan, sudah bosan memandang wajah Biant, serta bosan pula memperhatikan tingkah tingkah murid SMA yang tak ubahnya seperti anak TK! Tak terhitung lagi seberapa jenuh Rakha berlama lama jadi penghuni sekolah disini. Dan menempatkan posisi ini sebagai tameng.

Saat bersamaan, Rakha hanya butuh refreshing, boring jadi siswa yang selalu ngapalin milyaran kata tiap kalinya, rasanya selalu dihajar tumpukan tumpukan buku yang tebal. Belom lagi ditempatnya bekerja menguji adrenalin kesabarannya menghadapi customers complaint. Dan dirumahnya, selalu dihadapi dengan sikap saudaranya Kim yang masih belom berubah.

Tabungan Rakha dirasa sudah cukup. jika Rakha berniat, Rasanya pengen pindah sekolah serta pindah rumah, ia mau mandiri! Dan hanya ingin lari dari semua ini. Hanya itu mimpinya, tak ingin memikirkan yang lain. Baik itu Biant, Rishaa Tasya maupun yang lainnya! kepalanya semakin kumat menanggung beban pikiran mereka.

Akhir akhir ini Rakha cuek dengan situasi sekolah, masa bodoh dengan gossip, karna sebagian besar isi rumours yang jadi perdebatan itu sendiri adalah kehidupannua seorang Rakha, makin gak aneh digubris dan tentunya apatis dengan segala hal hal yang berbau menarik menurut isi hati mereka.

Rakha datang kesekolah hanya untuk memenuhi konsekuensi nya menjadi pelajar, tidak banyak bicara, tidak mengeluh soal pelajaran, tidak memandang orang berlebihan, tidak ikut campur urusan orang, serta tidak mau keliatan jadi orang yang terobsesi jadi yang terdepan. Hidup itu natural! Yang merusak kehidupan, adalah cara pandang!. Dan jikalau waktunya pulang, Rakha keukeuh pengen nyampe dirumah dan istirahat tepat pada waktunya. Jangan sampai ada yang mengganggu kebiasaannya, ia hanya akan menentang secara terang terangan. Dan peraturan baru sekarang, Rakha benci tentangan orang pada hidupnya!

Siang itu, seperti biasa Pak Muslim ngabsen anak didiknya sebelom mulai jam belajar. Secara bergantian, nama anak yang disebut kontan angkat tangan. Ada yang keliatan keteknya kebasahan saking semangatnya. Ada pula yang gak bersuara sama sekali saking malesnya. Tapi yang lebih kaget lagi, ketika nama Biant disebut sekali, gak ada satu orang pun yang berani angkat tangan. Disebut lagi nama Biant sekali lagi, gak ada yang ngerespon tentang Biant, apalagi sampe ada yang ngaku liat dia. Reflek bikin Rakha celingak celingukan dalem area kelasnya. Apa bener? Emili juga gak tau alesannya. Masak sih?! Mencurigakan. Apa tu anak minggat sekolah lagi? Kali ini, siapa yang diajaknya pergi?

Pas jam istirahat, Rakha langsung mendatangi Tasya untuk minta bala bantuan.

“Udah lo telpon, tadi? dimana dia sekarang?” Sergah Rakha tnapa basa basi

“Katanya lagi dirumah, dia bilang sakit..” Jelas Tasya

“Dia ngomong, sakit apaan?”

“Enggak! Tapi kalo denger dari suaranya, kayaknya agak bindeng. Gue rasa dia pilek”

Rakha mendengus, pilek doang pake alesan gak masuk! Minta perhatian banget.

“Mmm,.. Tasy.. kalo misalnya besok gue gak msuk. Tolong lo bikinin surat izin ya! Gue soalnya mo kerumah Biant.!”

“Lo nginep?” Tanya Tasya pasti in.

“Makanya, gue juga gak tau!” Rakha ragu.

“Ya udah, lo terima beres aja pokoknya,..”

Balik sekolah itu pun, Rakha segera berancang ancang ngebut buat nemuin kak Joe dulu, minta izin gak kerja sehari. Dan untuk kali ini, alesan Rakha jujur pengen nengok temennya yang sakit. Hanya saja do’i gak tau kalo Rakha maen kerumah sahabatnya yang bernama Biant.

“SH8t,…” gerutu Rakha sewaktu ngeliat adegan Mohad sama Rishaa berantem di deket pintu pager sekolah. Nge ganggu banget, pikirnya.

Berhubung Rakha udah buru buru, dan harus melewati satu satu nya jalan itu. Iapun terpaksa nerusin langkahnya hendak mengacuhkan keduanya tanpa mau menoleh sedikitpun. Pura pura aja gak tau, beres kan!

“RAKHA!” Tereak Rishaa melibatkannya tiba tiba, ngebuat jejak Rakha terhenti sesaat.

Lalu Rishaa nyusul berlari menghampiri Rakha, seakan minta pertolongan pada pahlawannya. Sayangnya, kali ini tampang Rakha masih sok gak peduli sama urusan mereka. Ekspresi mukanya sama sekali gak kebaca, karna yang ada dipikirannya pengen ketempat Biant secepat mungkin dan nunjukin bales budinya. Bukan di halang halangin seperti ini.

“Gue mo ikut lo balik, Ka!” spontan Rishaa ngomongnya ngawur, kayak ngaku ngaku kalo anak yang dikandung Rishaa sekarang anaknya Rakha?? Terang aja, Rakha nolak

“Gue gak balik kerumah, Shaa. Sebaiknya lo ikut Mohad, dia kan cowok lo!” Alih Rakha.

“Masak lo gak mo nolongin gue sih? Anter gue balik sekarang! Gue gak mo dianter sama dia”

“Terserah lo, gue lagi ada urusan! Urusan gue lebih penting daripada masalah hidup lo!”

“Lo marah sama gue? Gue minta maaf  kalo gue pernah ada salah”

“Sebaiknya lo selesai in dulu masalah lo sama Mohad, dari tadi dia tereak tereak manggil nama lo, gue bisa budeg dengernya!”

“Okey,..” Rishaa nahan sebelnya “gue nyesel minta tolong ama lo!”.

Rakha mendengus lebih kesel dan tetep gak ngerespon omongan Rishaa! Batin Rakha cuek.

Rishaa belagu jalan sok ngebut sendiri melangkah keluar sekolah dengan perasaan yang menjengkelkan, ia terpaksa ambil tindakan sendiri. Dan Mohad masih nekad menyusul dengan motor kesayangannya.

Sorenya, ketika masih parahnya terik matahari menyengat, ditambah dengan keringat badan yang membasahi seragam sekolah yang komplit melekat. Tibalah Rakha di depan pintu gerbang rumahnya Biant. Ini kali pertamanya ia bertamu ke istana orang. Gak punya hape, gak ada bel, dan untung Rakha ngeliat seorang bapak setengah baya sedang sibuk menata taman di seputar halaman. Kalo enggak, mungkin Rakha sudah balik dengan tampang kecewa sembari membawa bungkusan plastic hitam yang tadi sempat dibelinya dipasar 16.

Rakha tereak tereak minta tolong bukain pintu gerbang sambil ngintip reaksi si Bapak itu dari balik pintu yang tinggi menjulang. “Kapok, kalo sekali lagi kemari.” Batin Rakha ngedumel.

“Siapa, Den?” Tanya si tukang kebun itu.

“Gue temennya Biant, Pak! Biant ada didalem, kan”

“Owada,.. entar Bapak ambil kunci gerbang dulu sebentar, ya!” Beliau pun mulai pergi berlawanan arah.

Mampus! Udah segini panas diluar, masih disuruh nunggu. Dengan hati yang super sabar, akhirnya si pintu ke buka. Rakha langsung masuk dan menuju Rumah khas modern itu dengan diiringi sang penjaga kebun.

“Makasih, Pak!” mau gak mau Rakha ngulang kata itu sampe dirinya bosen sendiri.

“Sama sama, Den!” si Bapak mengetuk pintu rumah.

Rakha kaget. “Loh, Bapak gak punya kuncinya?”

“Ada, tapi Bapak gak berani masuk kalo ada Raden Biant dirumah.”

“Kok bisa tau Biant ada dirumah??”

“Kalo pintu gerbang kebuka, sama salah satu lampu dirumah nyala”

“Kalo pencuri yang masuk, gimana?”

“Enggak lah, security system sini aman.. gak kalah canggih ama rumah Presiden!”

Rakha tersenyum, sok berlebihan Bapak ini! “Kedenger gak, Pak? Rumah segede ini diketuk?”

“Tunggu aja, Den. Biasanya Raden Biant gak jauh jauh dari ruang keluarga ama dapur.”

“Bapak kerja disini lama banget pastinya,.. sampe tau jelas apa yang sering dilakukan sama Biant!”

“Iyalah, Den. Bapak kerja disini sebelom Raden Biant lahir, malah.” Diem sesaat “Saya, kerja dulu ya, Den. Bentar lagi pintunya kebuka koq!” Ujarnya berpamitan

“Iya, makasih ya Pak!” mudah mudahan ini terimakasih yang terakhir, kalo terus dibagi bagi in bisa habis rasa terima kasih Rakha. Apalagi kalo makasih banyak, wah bisa bangkrut!

“Clek Clek Clek,…” Terdengar knop pintu bereaksi kebuka. Tiba saja jantung Rakha kian drastic deg degannya. Apalagi, dalam waktu yang singkat itu ia akan bertemu dengan sosok pria yang selama ini bikin hatinya jengkel. Yah, sabar aja.. dengan apa yang bakal terjadi selanjutnya??

***

Biant muncul dari balik dua daun pintu yang terbuka lebar. Waaah,.. ganteng! Salem atinya memuja muji puas, tapi muka Rakha sama sekali gak ada ekspresi. Reaksi Biantpun gak terlalu kaget, begitu wajah Rakha satu satunya yang dia liat. Malah melengas lengos kearah halaman luar. Spontan Rakha ikutan noleh kebelakang.

“Kenapa?!” Tanya Rakha heran.

“Lo sendirian, Ka? Yang laen mana?” ujarnya balik nanya.

“Gue gak kepikiran ngajak yang laennya.” Balas Rakha. Iapun ditemenin masuk oleh Biant langsung ke dapur sambil nenteng belanjaan “Elo sakit apa, emang?”

“Flu biasa, bentar lagi sembuh koq!”

“Udah periksa?”

“Mmm,.. males, gak ada rewang!”

“Gue aja yang nemenin,..” Rakha belagu sigap.

“Emang elo bisa bawa motor?” Omongan Biant kayak anceman bagi Rakha.

“Elo kan anak orang kaya, masak gak ada dokter specialis yang rela datang??” Rakha menepis dengan tampang mo setengah marah.

Alih alih si Biant malah ngikik gak jelas. Ia mencoba mencairkan suasana. “Gue bercanda.. makanya, belajar! Bisa naek motor kan, ada manfaatnya juga!”

“Emang syarat mo nganter lo kerumah sakit kudu bisa naek motor dulu?? Kalo mau gue, tinggal tereak tukang becak dari sini, lo mo bilang apa?!”

“Ya, enggak mao!”

“Terserah elo! Ekh,.. ngomong ngomong, gue mo numpang mandi. Gerah banget. Nih, sekalian oleh oleh gue, lo bawa ke dapur. Handuknya lo taro’ dimana?”

Berkat celoteh Rakha yang panjang lebar, akhirnya Biant mempersilahkan tamunya melakukan apa yang menurutnya baik dilakukan. Dia gak mau ikut campur. Lagian ini bukan kali pertamanya Rakha maen ke rumah itu, jadi rasanya ia gak perlu lagi pemandu! Seperti kata Biant sebelomnya, ‘anggap aja rumah sendiri’

Selagi Rakha lama didalem kamar mandi, Biant kayaknya asik membongkar pasang isi belanjaan yang tadi sempet dibeli Rakha.

“Elo beli mangga banyak banget, Ka! Mo dibikin apaan? Jangan jangan, lo mo numpang nanem di halaman belakang rumah gue lagi?” pekik Biant dari dapur sembari mindahin buah mangga nya ke kulkas. “Empek empek nya sedikit amat? Buat lo aja, ya?”

Tiba saja, Rakha selesai mandinya. Iapun keluar dari kamar mandi sambil nyahuti pertanyaan Biant tadi. “Entar juga lo bakal tao,..” jawabnya simple.

“Teruus, timun gede gede ini buat apaan, Ka?” Tampang Biant blo’on banget liatnya.

Kontan, si Rakha nyengeh. “Entar juga lo tao,..”

Biant langsung ketiwi nyengir bajing. Pikirannya udah pasti ketebak yang enggak enggak. Dasar! Ngeliat ekspresi Biant, Rakha juga ikutan ngekek gak jelas. Cuma tawa mereka malu malu, enggak saling berhadapan. Ditambah, Rakha langsung ninggalin Biant buat ganti baju di lemari biasa, yang pernah isinya dibongkar Rakha sebelomnya.

“Raden Biant, GTman sekotak ukuran S ini punya siapa? Koq gue baru liat!” tereak Rakha dari kejauhan.

“Punya siapa aja, sengaja gue beli supaya bisa lo pake, kalo maen kesini.” Bales Biant gak kalah

“Boleh gue bawa balik, dong!”

“Enak aja! Gue nyarinya susah susah, Cuma di PIM yang jual sempak anak anak kayak gitu. Tempat laen, mana ada.. mana mahal lagi, harganya!” Terang Biant gerem

“Kalo disimpen juga, buat apa?” Protes Rakha lagi.

“Yah, buat sepupu gue kalo maen kesini. Pokoknya buat siapa aja yang cocok lah! Pokoknya itu milik umum!”

Wess,.. khusus sore itu fashion Rakha lebih tampil casual. Pake jeans biru kepanjangan yang dilipet ujung kakinya sampe mata kaki, sama baju kaos ngepas buat badannya. Dan kata Biant, itu baju dipakenya sekali seumur hidup, tiga taon yang lalu. Tepat di usianya yang ke 12 taon. Biar dikata baju anak nanggung, Rakha enggak ngerasa kenapa napa kok, makenya. Malah comfort banget!

“Okey, saat nya gue makan. Laper banget!” keluh Rakha pada dirinya sendiri

Biant bengong “Mo makan apa? Gak ada yang masak?”

“Loh, dari tadi elo belom makan, Iant?” Rakha mengernyitkan dahi “Baiklah, gue mo masak mpek mpek lenggang!” gayanya udah kayak cheft amartiran. “Elo masih punya stock telor ama mie instant, kan Raden Biant? Loh!,.. empek empek gue disini, mana?” Mata Rakha seliweran, padahal makanannya gak jauh jauh dari matanya. Maklum semangat empat lima..

Biant tersenyum geli “Gila tu anak!”

Setengah jam kemudian, Rakha menghadirkan menu makanan special berbahan dasar cemilan khas Palembang. Adonan mie sama telor, dimix jadi satu, and then must be fried kedalam Teflon yang sudah dioles mentega,.. wuiih, jadilah hasilnya kayak lempengan pizza hut yang isi dalemnya ada mie instant ama mpek mpek iris. belom lagi si Rakha nanyain Blender dan ngorek isi almari buffet di kitchen setnya Biant.

Maka “This is it,.. mpek mpek lenggang plus fresh mango jus ala Rakha Queen..”

Biant sama sekali gak tertarik ngeliat tingkahnya “Orang aneh!” komentar Biant.

Menjelang malam, kedua remaja belasan taon itu menghabiskan waktunya di ruang keluarga sambil maenin salah satu game petualangan Biant yang amat sangat diminati Rakha, sekalian Rakha masih penasaran sama level berikutnya Resident evil 5. So, Biant masih uring uringan di sofa belakang. Ngeliat dia salah tingkah, akhirnya Rakha punya ide.

“Lo masih sakit, Iant? Sini, gue pijet!”

“Enggak usah! Lo maen aja..”

“Sini!..” Paksa Rakha sambil narik tubuh Biant ke hadapannya. Dan pijetan itu bermula dari area jidat dikepalanya. Pindah ke leher, pundak, punggung dan sayang tak meneruskan sampe ke bawah. Tapi dirasa Rakha, Biant masih kurang releks, kayaknya ia terlalu tegang. Apa karna gak terbiasa dipijet, ataw malah karna si Rakha yang mijet? Pijetan Rakha kan, luar biasa! Nyatanya, Biant amat sangat menikmati, matanya ampe merem melek ke enakan.

“Elo bolos kerja, Ka?” Tanya Biant tiba tiba

“Iya, demi Lo!” jawab Rakha singkat. “Eh, gue mo Tanya soal kemaren elo dipanggil Ibu Yanu setelah ketauan minggat. Elo dihukum apaan?”

“Dihukum? Cuma disuruh bikin surat perjanjian gak akan mengulang kejadian yang sama. Karna, mending gue masih pelajar. Nah, Bu Yanu kan juga minggat di jam operasionalnya dia. Siapa yang lebih parah kalo ketauannya?”

“Terserah elo dah, Iant! Sekolah itukan punya bokap lo!” penggal Rakha.

Tadinya, romansa itu ingin berlangsung lama, berhubung BB Biant bergetar berkali kali. Pas, Rakha ngeliat. Tercantum sebuah nama Emili di screen ponselnya. Rakha kesel, dan menghentikan pijetannya.

“Lo tidur aja, gih. Udah malem!” perintah Rakha mendadak.

Biantpun langsung nurut kayak adek kandungnya Rakha saja, dan gak ketinggalan, BBnya pun dibawa sama dia. Yang jelas, keduanya pasti lebih asik bales BBan dengan kata mesra mesra an. Emang, Emili itu paling Resek! Enggak ada waktu laen aja, selaen gangguin orang yang lagi baekan? Alih alih Biant yang sembuh, sekarang malah kepala Rakha yang kumat lagi.

Rakha kembali kedapur untuk ngebuatin jus mangga lagi, sebelom Biant tertidur. Dan dibawanya segelas hurricane ke tempat tidur Biant. Sebelomnya, Rakha ngeliat Biant mainin hapenya sambil senyam senyum getir.

“Elo belom tidur, kan Iant? Nih gue bawain minuman.”

“Jus mangga lagi? Elo kenapa sih, doyan banget sama mangga!”

“EH,.. ini tuh obat mujarab sakit flu. Supaya lo gak pilek lagi, udah gue bacain mantra mantra anti godaan setan juga!”

“Tapi kentel banget, Ka!”

“Iya gue tau, itu Fresh namanya. Gak pake es ama gula. Lebih banyak vitaminnya”

“Kayak makan bubur, Ka!” protes Biant lagi

“Diem!!” bentak Rakha kesel. Biant pun terpaksa nurut “Abisin!”

“Ka, elo tidur sini aja ya. Sekalian pijetin gue lagi..” pinta Biant jadi melankolis sambil berbaring dikasurnya.

Terus terang, Rakha ibah kalo liat Biant kolotan gitu. Rasa bencinya hilang seketika, Rakha kemudian bergerak tak ingin jauh jauh dari temennya. Cuma kalo lagi ada dikelas, jangan ngarep bisa dikasih plus plus kayak gini.

“Rakha,..” Biant ngetest telinga Rakha

“EHMmm,..” simbat Rakha rada males

“Dari tadi mangga terus, timun buat apaan??” pertanyaan Biant terkadang bikin geli.

“Entar juga lo bakal tau!” sahut Rakha terus ngikik tertahan. Sambil mijetin kepala Biant sampe tertidur. Dan semakin malam, Rakha pun menyusul tertidur disampingnya Biant…