Seharusnya, guw mulai prepare dari sekarang. Mumpung masih siang! Menempuh perjalanan ke pabrik sekitar ratusan meter jaraknya, nyaris satu kilo jaihnya, tak ada kendaraan yang mempersingkat perjalanan kucing, hanya kaki yang diandalkan! Mudah-mudahan, dengan makan makanan yang cukup, fisik yang cukup, stamina yang cukup, nyali yang cukup, adalah bekal utama dalam menghadapi segala tantangan sekejam apapun, tak perlu khawatir lagi menjalani hidup.
Lidya belom balik dari sekolah, sedang Kiman, sedang latihan koreografi di rumah Rakha sahabatnya. Mereka juga extra kerja keras ngadepi acara taunannya skul mereka yang tinggal sehari lagi. Besok?! Ya besok, moga aja guw bisa sempet nonton acara spektakuler tersebut. Kali ini, guw keluar rumah meninggalkan Mama yang sibuk di dapur,.. Laura sedang tertidur nyenyak di kasur kamarnya.
Entah kenapa, kepergian guw kali ini tak ada perasaan sedih seperti tantangan guw menghadapi si Rocxy kemaren yang nyaris ngebayangi mo mati itu kayak apa susahnya! Guw pikir cuma pergi sesaat, itupun guw udah tau sama siapa guw bakalan ketemu. Guw harus nunjukin keberanian.
“Big cat.. don’t cry..” batin guw ber sugesti
Guw lewati pagar rumah dengan memanjat perkarangan, pepohonan dan melompat karna pintu gerbang tak mungkin ada yang ngebukain jam segini. Mana gerbang itu tertutup terlalu rapat dan tak ada cela sedikitpun untuk kucing pendek dan sekurus guw sekalipun.
Sampe diluar, guw memulai dengan menarik nafas lalu menghembuskannya dan bernafas secara normal selanjutnya. Ke empat kaki ini sudah tak sabar melangkah, meski terik matahari siang bolong itu mengancam penuh tawa dan kasar. Namun tak jua mematahkan semangat guw tuk menempuh perjalanan nun jauh disana. Guw bersikap tenang saja, tidak sewot kayak ibu-ibu yang pulang jalan kaki dari pasar.
“Yaaa ampuuun,.. panas kali bumi ini. Neraka bocor!!”
Guw perhatiin ibu itu, makin ia ngomel, makin senang mentari menyemburkan hawa panas. Sedang guw yang penuh kesabaran, dapat merasakan semilir angin yang lewat, mengimbangi rasa gerah berkepanjangan. Bahkan berada di jalan yang tidak rindang sekalipun.
***
Tak terasa, waktu menunjukan pukul empat sore. Kurang lebih dua jam perjalanan santai telah guw tempuh. Kaki guw sudah terasa berat sekarang, bengkaknya kayak kaki kesebelasan. Pandangan guw mengarah ke sebuah gedung tua yang disebut orang-orang sebagai pabrik kerupuk. Tempat ini tentunya sedang ramai beraktivitas memproduksi ribuan kerupuk perhari, sampe hasilnya terkadang dikirim keluar kota. Aroma ikan disini sangat menyengat dan mengundang rasa lapar, tapi tenang, guw sudah bosan makan kerupuk rasa ikan. Yang guw incer sekarang adalah kerupuk rasa udang, hehe.. :P siapa tau, selesai dari tantangan, guw bisa dapet hadiah dan bisa dibawa pulang buat oleh-oleh.. lumayan, bisa nyenengi perasaannya Mama, Papa, Kiman, Lidya ama Laura, haha.. :D
Guw berusaha mencari cari tau dimana keberadaan Mocky, Bebo sama si Manis. Dengan berani masuk-keluar-masuk lagi karna diusir berkali-kali. Tapi tekad guw keukeuh pengen masuk lagi ampe bener-bener ketemu sama monster-monster itu. Akhirnya guw pun dipanggil oleh suara yang sangat guw kenal yaitu si Manis
“Datang sendirian, Bian?” tanyanya..
Guw kontan kaget, pas liat mukanya diperban. Punggungnya juga, beberapa lokasi ada goretan aneh, waktu liat si Manis jalan, taunya ia pincang! Haha,.. gak mungkin mereka bisa melukai guw yang sehat wal Afiat. Guw pun ngekori si Manis kemana ia bakal mengantar guw.
Naik lagi- naik lagi- naik lagi, ia ngajak guw ke atas flavon gudang. Tak berani liat kebawah, karna ada kesibukan yang bisa mengganggu mereka. Sial dikit bisa masuk ke minyak panas dalam penggorengan. Maka jadilah menu kerupuk baru.. Bian goreng!
Janganlah, kalo bisa Mocky, ataw Bebo ataw si Manis goreng dikemas dalam plastic transparan lebih bagus tampilannya, lebih menarik dibeli orang.. hehehe isi badan guw tak renyah, tak nikmat disantap.
Di sisi lain, diatas flavon. Mocky sama Bebo menunggu, meski wajah mereka tak terlihat normal dan sehat, tapi tawa mereka terlihat amat sangat jelas. Dari sana, mereka menyambut kehadiran guw dengan gembira. Guw pun membaca situasi, kali-kali mereka sedang merencanakan niat licik. Diatas sini tak terlihat, tali ataw benda runcing, yang guw takuti sekarang adalah dibawah kaki guw, lumayan tinggi menuju tanah. Cukup ngebuat kepala lo ancur kalo dijatuhkan.
Mocky berdiri, dimana tepat bawahnya ada mobil box. Guw semakin mendekati mereka
“Kabar baik Mocky?” ujar guw sambil mengimbangi badan supaya tak terjatuh.
Mocky tersenyum aneh, “Tak perlu khawatir sayang! Kami takkan berani melukaimu lagi, karna Rocxy telah mengusir kami, bukan hanya itu.. kau bisa liat sendiri,.. luka-luka yang kami dapatkan secara gratis. Ini tak mungkin membuat kami berulah lagi dengan kucing kesayangannya Rocxy..”
“Lo tak ingin guw rawat. Mungkin tampilan kayak Manis bisa mempercepat penyembuhan kalian!” tawar guw berbaik hati.
“Tidak! Kami lebih nyaman begini, perban membuat kami repot…”
Diwaktu bersamaan terdengar deruan suara mesin, mobil box sepertinya menyala,.. siap berangkat. Guw nyaris tak bisa mendengar, pembicaraan si Mocky yang berikut nya tak jelas,.. guw menutup kedua telinga dan berusaha menangkap kata-kata yang dilontarkan Mocky,.. yang sempat guw dengar..
“Kami ingin keadilan.. jika kami di asingkan! Maka kaupun harus merasakan hal yang sama…”
Apa maksudnya?? Sebelum guw menangkap perkataannya. Tiba saja Bebo mendorong tubuh guw tanpa ada aba-aba lagi. guw merasa melayang sesaat dan terjatuh diatas mobil box dengan benturan lumayan keras.. detik berikutnya, mobil tiba saja berjalan perlahan, entah kemana arahnya??? Bisa jadi keluar kota??? Guw berusaha berdiri, namun terjatuh. Gara-gara tak bisa mengimbangi. Kalo guw terjun, mungkin guw bisa mati terlindas oleh mobil lainnya dari belakang, jadi guw pasrah gitu aja!
“Selamat tinggal, Brillianno…. Sampai bertemu di kematian heheh.. “ Tawa mereka kompak…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar